Penerjunan pasukan militer
Selama dua minggu terakhir bulan Mei, diberlakukan hukum militer di Beijing, dan pasukan militer ditempatkan di sekitar kota tersebut. Namun, upaya pasukan tersebut untuk mencapai Lapangan Tiananmen berhasil digagalkan ketika warga Beijing membanjiri jalan-jalan dan mencegah mereka melanjutkan perjalanan.
Para pengunjuk rasa tetap berada dalam jumlah besar di Lapangan Tiananmen, dengan berpusat di sekitar patung gips "Dewi Demokrasi" di dekat ujung utara lapangan. Wartawan Barat juga tetap berada di sana, seringkali memberikan liputan langsung atas peristiwa-peristiwa tersebut.
Tindakan keras pemerintah
Pada awal bulan Juni, pemerintah sudah siap untuk bertindak kembali. Pada malam 3-4 Juni, tank dan pasukan yang luar biasa bersenjata maju menuju Lapangan Tiananmen, membuka tembakan dan menghancurkan mereka yang mencoba menghalangi jalannya. Begitu para tentara mencapai lapangan, beberapa ribu demonstran yang tersisa memilih untuk pergi daripada menghadapi konfrontasi yang berlanjut.
Pagi harinya, area tersebut telah dibersihkan dari para pengunjuk rasa, meskipun penembakan sporadis terjadi sepanjang hari. Militer juga bertindak secara paksa melawan para pengunjuk rasa di beberapa kota Tiongkok lainnya, termasuk Chengdu, namun di Shanghai, walikota Zhu Rongji (yang kemudian menjadi perdana menteri Tiongkok) berhasil bernegosiasi untuk mencapai penyelesaian yang damai.
Pada tanggal 5 Juni, militer telah mengamankan kendali penuh, meskipun sepanjang hari terjadi insiden yang mencolok dan dilaporkan secara luas, di mana seorang pengunjuk rasa seorang diri sejenak berhadapan dengan sebuah kolom tank ketika tank tersebut mendekatinya di dekat lapangan.