TEMPO.CO, Jakarta - Setelah berlangsung pada 14 Mei, agenda pemilihan presiden dan parlemen alias pemilu Turki 2023 saat ini memasuki masa penghitungan suara. Melansir aljazeera.com per 15 Mei pukul 21.00, kotak suara yang dibuka sudah mencapai 99,87 persen. Kemal Kilicdaroglu meraih suara sementara 44,89 persen, sedangkan petahana Recep Tayyip Erdogan 49,50 persen. Sementara satu calon presiden lainnya, Sinan Ogan, hanya memperoleh 5,17 persen suara.
Menurut peraturan pemilu Turki, seorang kandidat presiden membutuhkan lebih dari setengah total suara untuk menang. Jika tidak ada yang mencapai angka 50 persen, dua kandidat teratas akan saling berhadapan dalam pemungutan suara putaran kedua di dua minggu kemudian.
Oleh karena itu, Kilicdaroglu kemungkinan besar akan bertanding lagi dengan Erdogan pada pemilu putaran kedua. Lantas, bagaimana sebenarnya sosok Kemal Kilicdaroglu selaku sosok oposisi petahana terkuat? Simak profil lengkap Kemal Kilicdaroglu berikut ini.
Profil Calon Presiden Turki, Kilicdaroglu
Melansir dari britannica.com, Kemal Kilicdaroglu berasal dari Desa Ballica, Provinsi Tunceli, wilayah Turki Timur yang sebagian besar penduduknya adalah Alevi (komunitas Muslim Anatolia yang dianggap menyimpang oleh Sunni Turki). Pada 1930-an, orang tua Kemal Kilicdaroglu menyaksikan penindasan brutal atas pemberontakan di Tunceli setelah negara Turki secara paksa mencoba untuk mengambil alih provinsi tersebut di bawah kendali militer. Lalu pada 1950-an, keluarga Kilicdaroglu mengubah nama nama belakang mereka yang sebelumnya adalah Karabulut.
Kemal Kilicdaroglu sendiri lahir pada 17 Desember 1948 dan menempuh pendidikan di sejumlah daerah berbeda karena pekerjaan ayahnya yang berpindah-pindah. Sebagai mahasiswa, ia belajar ilmu ekonomi dan keuangan di Ankara Academy of Economics and Commercial Sciences (sekarang bagian dari Universitas Gazi) dan lulus pada 1971. Kilicdaroglu lalu bekerja untuk Kementerian Keuangan Turki.
Ia diangkat menjadi Kepala Departemen Administrasi Pendapatan di kementerian yang sama pada 1983. Pada 1992, Kilicdaroglu terus merintis karier sebagai Direktur Lembaga Asuransi Sosial (sekarang Lembaga Jaminan Sosial). Ia mendapat reputasi baik dan dijuluki “Birokrat Terbaik” oleh sebuah majalah Turki pada 1994. Pada 1999, di awal usia 50-an, Kilicdaroglu pensiun dari ranah administrasi.
Kilicdaroglu Pasca-Pensiun
Tahun pensiun Kilicdaroglu bertepatan dengan momen penting masyarakat Turki. Keamanan negara telah stabil usai periode kekerasan politik dan pemberontakan Kurdi walau militer masih menegaskan pengaruh yang tidak semestinya atas kebijakan publik. Perekonomian Turki yang dilanda utang dan inflasi pun segera mengalami liberalisasi dengan cepat. Namun di saat bersamaan, korupsi pemerintah memuncak karena Turki dianggap tidak siap menghadapi dampak gempa Bumi Izmit yang mengakibatkan kehancuran besar-besaran.
Kilicdaroglu memiliki ide untuk reformasi dan berusaha memasuki dunia politik, tetapi gagal bergabung dengan Partai Kiri Demokratik (DLP) yang berkuasa. Setelah krisis keuangan pada 2001, pengalaman Kilicdaroglu di tingkat administrasi senior serta publikasi tentang restrukturisasi ekonomi dan birokrasi membuatnya menjadi kandidat yang menarik bagi Partai Rakyat Republik (CHP). Partai itu kemudian mengundang Kilicdaroglu untuk bersaing dalam pemilihan parlemen 2002.
Meskipun CHP telah menarik seorang reformis seperti Kilicdaroglu, mereka terus didominasi oleh kelas politik Kemalis yang bertanggung jawab atas beberapa dekade salah urus. Selain itu, ketika perempuan berhijab dilarang masuk universitas atau berada di ruang publik lainnya, CHP tidak menawarkan rekonsiliasi komitmen kuatnya terhadap sekularisme. Itu menyebabkan CHP mundur jauh di belakang Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) milik Recep Tayyip Erdogan yang lebih berani.
Kilicdaroglu di Pemilu Turki 2023
Kilicdaroglu menjadi saingan utama Erdogan dan kandidat dari enam partai oposisi Aliansi Bangsa. Ia mendefinisikan dirinya sebagai seorang “demokrat” dan dikenal dengan retorika antikorupsi. Namun, Kilicdaroglu dituduh terlalu dekat dengan Barat oleh para pencela, menurut aljazeera.com.
Ia telah memimpin CHP kiri-tengah selama lebih dari satu dekade kekalahan pemilu. Kritikus mengatakan bahwa sederet kekalahan pemilu itu menunjukkan bahwa Kilicdaroglu tidak cukup kuat untuk mengalahkan Erdogan dan memimpin Turki. Seorang anggota terkemuka dari aliansinya sendiri—Ketua Partai Nasionalis, Iyi Meral Aksener—awalnya menolak pencalonan Kilicdaroglu pada Maret 2023.
Sebelum berpolitik, Kilicdaroglu adalah spesialis kementerian keuangan dan memimpin Lembaga Asuransi Sosial Turki hampir sepanjang 1990-an. Janjinya dalam pemilu kali ini adalah kembali ke sistem parlementer yang kuat, menyelesaikan masalah Kurdi, mengirim pengungsi Suriah kembali ke rumah, dan bergerak lebih dekat dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Pilihan editor: Hasil Pemilu Turki Menunjukkan Erdogan Dominan di Wilayah Korban Gempa
SYAHDI MUHARRAM