TEMPO.CO, Jakarta - Walikota Istanbul yang baru terpilih kembali, Ekrem Imamoglu, muncul sebagai penantang utama pemerintahan Presiden Turki Tayyip Erdogan. Dalam beberapa hal, ia mengikuti jejak Erdogan yang pernah memerintah kota tersebut pada 1990-an.
Selain pernah memimpin kota terbesar di negara itu, keduanya memiliki akar keluarga di wilayah timur Laut Hitam. Karier politik mereka dihalangi oleh pengadilan Turki. Di masa mudanya, Imamoglu dan Erdogan juga merupakan pesepakbola yang rajin.
Setelah meraih kemenangan gemilang dan mempertahankan jabatannya dalam pemilihan walikota hari Minggu, Imamoglu, 53 tahun, menurut pandangan analis adalah calon presiden Turki di masa depan. Para pemilih mengirimkan pesan langsung ke Erdogan, kata Imamoglu setelah pemilu. Isi pesannya adalah yang tidak memahami pesan bangsa pada akhirnya akan kalah.
Meskipun mempunyai kemampuan yang kuat untuk menarik pemilih, mereka berbeda pendapat dalam hal politik. Imamoglu pernah mengatakan gagasannya sebagian besar berbeda.
Erdogan memasuki dunia politik dengan sebuah partai Islam dan telah membentuk kembali negara sekuler dengan visi salehnya sejak mengambil alih kekuasaan pada 2002. Sebaliknya, Imamoglu berasal dari Partai Rakyat Republik (CHP) yang sangat sekuler, bergabung pada 2008 dan menjadi walikota di Beylikduzu Istanbul, 10 tahun yang lalu.
Kesuksesan Imamoglu adalah karena kemampuannya menembus batas maksimal 25 persen dukungan CHP di Turki dan menarik pemilih yang lebih konservatif. Dia membuktikan bahwa pada 2019, Partai AK (AKP) pimpinan Erdogan mengalami kekalahan terbesar dalam dua dekade dan mengalahkan kandidatnya tidak hanya sekali tetapi dua kali.
Pengadilan membatalkan kemenangannya pada bulan Maret tahun itu hanya agar dia menang dengan selisih lebih besar dalam pemilu ulang pada bulan Juni.
Erdogan bangkit kembali untuk memenangkan pemilihan kembali sebagai presiden tahun lalu meskipun terjadi krisis ekonomi yang meluas. Kemenangan Erdogan berbeda dengan banyak jajak pendapat. Namun Imamoglu kini memberikan pukulan baru bagi oposisi.
“Ini lebih dari sekedar pemilihan wali kota, ini adalah penyerahan mentalitas pada sejarah,” kata Imamoglu saat berkampanye. "Jika hal ini dimasukkan ke dalam sejarah, demokrasi akan bangkit kembali dan hukum serta keadilan akan pulih."