TEMPO.CO, Jakarta - Amukan Topan Mocha di Myanmar menyebabkan 29 orang tewas pada Senin, 15 Mei 2023. Topan Mocha mendarat di antara Cox's Bazar di Bangladesh dan Sittwe di Myanmar dengan kecepatan angin hingga 195 km/jam. Ini adalah badai terbesar yang melanda Teluk Benggala dalam lebih dari satu dekade.
Sebagian besar badai telah reda pada Minggu malam. Sebanyak 24 dari 29 korban tewas berasal dari jalur desa Khaung Doke Kar barat laut Sittwe, menurut seorang pemimpin kamp Rohingya yang meminta namanya dirahasiakan. Ia takut akan menerima hukuman dari junta.
Beberapa orang dikabarkan hilang dari desa-desa Rohingya dan kamp-kamp pengungsi, katanya. Dari rekaman yang beredar di wilayah itu, perahu kayu nelayan hancur berkeping-keping dan menumpuk di dekat pantai.
Menurut junta militer Myanmar, korban akibat Topan Mocha hanya menyebabkan 5 orang tewas dan beberapa terluka. Namun tak ada rincian lebih lanjut.
Lebih dari 860 rumah dan 14 rumah sakit atau klinik rusak di seluruh penjuru Myanmar. Komunikasi masih terputus-putus pada Senin. Dampak badai terparah dirasakan di ibu kota negara bagian Rakhine, Sittwe, yang menampung sekitar 150.000 orang.
Ratusan orang yang berlindung di tempat yang lebih tinggi telah kembali ke kota. Jalan-jalan dipenuhi pepohonan, tiang dan kabel listrik yang rubuh.
Di Sittwe, tiang listrik tergantung rendah di atas jalan-jalan sepi dan pohon-pohon yang masih berdiri dilucuti daunnya. Sedikitnya lima orang tewas di kota itu dan sekitar 25 orang terluka, menurut pekerja penyelamat lokal Ko Lin Lin.
Topan Mocha mendarat di Myanmar pada Minggu, 14 Mei 2023. Terjangan badai dan angin kencang menyebabkan menara komunikasi di Sittwe runtuh. Media yang berafiliasi dengan Junta melaporkan bahwa badai telah membuat ratusan stasiun pangkalan, yang menghubungkan ponsel ke jaringan, tidak berfungsi di Rakhine.
Sementara di Bangladesh, terjangan Topan Mocha menyebabkan 750.000 orang mengungsi. Sekretaris Kementerian Penanggulangan Bencana, Kamrul Hasan, mengatakan tidak ada korban jiwa akibat topan tersebut.
Kerusakan terjadi di kamp-kamp Rohingya, di mana sekitar satu juta orang tinggal di 190.000 bambu dan tempat penampungan. "Meskipun dampak topan bisa jauh lebih buruk, kamp-kamp pengungsi sangat terpengaruh, membuat ribuan orang sangat membutuhkan bantuan," kata PBB saat meminta bantuan mendesak.
CHANNEL NEWS ASIA