TEMPO.CO, Jakarta - Anggota parlemen Rusia, Jumat, 7 April 2023, mengusulkan hukuman yang lebih keras bagi mereka yang dihukum karena terorisme, pengkhianatan tingkat tinggi dan sabotase, demikian dilansir kantor berita domestik, sebuah tindakan yang dikutip oleh para pejabat yang dikatakan didorong oleh perang di Ukraina.
Hukuman maksimal untuk melakukan "aksi teroris" - didefinisikan sebagai tindakan yang membahayakan nyawa dan ditujukan untuk mengacaukan Rusia - akan dinaikkan menjadi 20 tahun, dari 15 tahun saat ini.
Mereka yang dinyatakan bersalah atas sabotase juga dapat dipenjara selama 20 tahun, naik dari 15 tahun, sementara orang yang dihukum karena "terorisme internasional" diancam hukuman seumur hidup, naik dari 12 tahun.
Perubahan yang diusulkan diuraikan oleh Vasily Piskaryov, kepala komisi keamanan dan anti-korupsi di Duma Negara atau majelis rendah parlemen.
"Kami mengusulkan untuk menetapkan hukuman penjara seumur hidup untuk pengkhianatan tingkat tinggi," kata kantor berita tersebut mengutipnya, tetapi tidak memberikan rincian. Hukuman maksimum saat ini untuk pengkhianatan adalah 20 tahun.
Awal pekan ini, kantor berita Tass mengutip Piskaryov yang mengatakan tindakan lebih keras diperlukan untuk perlindungan terhadap apa yang disebutnya ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dihadapi Rusia dari Ukraina dan sponsor Baratnya.
Presiden Vladimir Putin dan pejabat senior lainnya sering menuduh Ukraina dan Barat ingin merusak dan memecah-belah Rusia. Pihak berwenang telah menindak perbedaan pendapat sejak perang dimulai pada Februari 2022.
Bulan lalu, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menandatangani undang-undang yang mengizinkan penggunaan hukuman mati terhadap pejabat dan prajurit militer yang dihukum karena pengkhianatan tingkat tinggi.
Belarusia, tetangga dan sekutu dekat Rusia, adalah satu-satunya negara di Eropa yang masih menerapkan hukuman mati.
REUTERS
Pilihan Editor: Ketegangan Israel-Palestina Meninggi setelah Dua Serangan Maut