TEMPO.CO, Jakarta - Perang Falkland juga dikenal sebagai Perang Malvinas atau Perang Atlantik Selatan adalah konflik militer antara Argentina dan Inggris yang berlangsung pada tahun 1982 di Kepulauan Falkland, Georgia Selatan, dan wilayah lainnya di Samudra Atlantik Selatan.
Perang ini dimulai ketika pasukan Argentina menginvasi dan menduduki Kepulauan Falkland, yang diklaim oleh kedua negara.
Berebut kepulauan
Dilansir dari britannica.com, konflik dimulai ketika Argentina melakukan klaim terhadap Kepulauan Falkland yang berjarak 480 km dari pantai Timur Argentina. Klaim tersebut dilakukan sejak awal abad ke-19, tetapi pada tahun 1833, Inggris menduduki wilayah tersebut dan melakukan pengusiran terhadap penduduk Argentina yang berada disana. Mulai kejadian tersebut, Inggris secara konsisten menolak klaim Argentina atas Kepulauan Falkland.
Pada awal tahun 1982, dibawah kepemimpinan junta militer Letnan Jenderal Leopoldo Galtieri, keadaan memanas. Pemerintahan Argentina menyerah untuk melakukan negoisasi yang telah berjalan dalam waktu yang lama dan meluncurkan invasi terhadap pulau tersebut.
Keputusan invasi tersebut bersifat politis, karena stabilitas politik dalam negeri Argentina yang pada saat itu dalam kondisi goyah. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya demonstrasi yang dilakukan masyarakat Argentina karena pemerintah junta militer yang tidak kompeten dalam mengurus ekonomi dan adanya pelanggaran hak asasi manusia. Oleh karena itu, dengan adanya keputusan invasi tersebut, junta militer pimpinan Letnan Jenderal Leopoldo Galtieri percaya bahwa dengan mengamankan kembali kepulauan tersebut akan membuat masyarakat Argentina kembali bersatu dibawah semangat patriotik.
Invasi cepat
Pasukan Argentina yang menginvasi Kepulauan Falkland pada 2 April dengan cepat mengatasi sekumpulan kecil British Marines yang berada di ibu kota Falkland, Stanley. Pada hari berikutnya, pasukan marinir Argentina berhasil menumpas perlawanan Inggris di Georgia Selatan yang masih merupakan wilayah jajahan Inggris.
Pada akhir April, tercatat junta militer Letnan Jenderal Leopoldo Galtieri telah menurunkan sebanyak 10.000 pasukan yang mayoritasnya terdiri dari pasukan yang tidak dilatih dengan baik dan tidak dibekali dengan baik untuk menghadapi musim dingin. Merespon hal tersebut, pemerintahan Inggris yang pada saat itu dibawah Perdana Menteri Margaret Thatcher mengumumkan zona perang sejauh 320 km di sekitar Falkland.
Dengan cepat, pemerintahan Inggris yang dibantu oleh Amerika Serikat dan NATO berlayar menuju Falkland pada 5 April dari Portsmouth yang berjarak ribuan mil. Pada 25 April, pulau Georgia Selatan berhasil direbut kembali oleh militer Inggris.
Dalam serangkaian bentrok senjata, baik laut, darat maupun udara, tak lama kemudian Inggris kembali merebut Malvinas iut. Pada 14 Juni, pasukan Argentina menyerah dengan kondisi pasukan Inggris yang telah mengepung dan melakukan blokade terhadap pelabuhan utama kota Stanley.
Efek Perang Falkland
Kekalahan Argentina disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling signifikan yakni pemerintahan junta militer Argentina gagal untuk mempersiapkan pasukannya pada invasi tersebut. Akibat perang tersebut, kekuasaan sipil berhasil dikembalikan pada Argentina di tahun 1983.
Dilansir dari laman iwm.org.uk, Perang Falkland memiliki konsekuensi yang signifikan bagi kedua belah pihak. Argentina mengalami kerugian besar, total 649 tentara tewas dan kerugian material yang besar. Inggris juga mengalami kerugian, dengan total 255 tentara tewas. Selain itu, perang ini juga menimbulkan banyak ketegangan diplomatik antara Argentina dan Inggris serta negara-negara lain di Amerika Latin.
Perang Falkland juga menjadi perhatian dunia internasional dan menunjukkan bahwa perang antara dua negara dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, bahkan di tempat yang jauh dari wilayah mereka masing-masing. Konflik Argentina lawan Inggris ini juga menunjukkan bahwa perang modern menggunakan teknologi canggih dan terkini serta memiliki dampak yang sangat besar pada masyarakat dan ekonomi.
Pilihan editor : Meski Dikritik, Inggris Berencana Menampung Migran di Pangkalan Militer
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.