Yoon kemungkinan akan kembali dari Tokyo dengan kemajuan dalam menyelaraskan kendali ekspor dan memperbarui dukungan Jepang atas pendekatan Seoul terhadap Korea Utara, kata Leif-Eric Easley, seorang pengajar kajian internasional di Ewha University, Seoul.
Yoon awal bulan ini mengatakan bahwa kerja sama dengan Amerika Serikat dan Jepang menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk mengatasi ancaman-ancaman nuklir Korea Utara yang kian berkembang dan krisis-krisis lain.
Kishida akan memperoleh dukungan Korea Utara untuk postur pertahanan Jepang yang berkembang dan koordinasi trilateral dengan Amerika Serikat dalam mempertahankan tatanan berdasarkan aturan-aturan di Asia, katanya.
"Tidak semua masalah sejarah dapat dipecahkan, karena rekonsiliasi adalah sebuah proses, bukan kesepakatan,” kata Easley. "Tetapi kedua pemimpin bertekad untuk memajukan kerja sama dalam perdagangan dan keamanan.”
Hubungan kedua negara anjlok ke titik terendah dalam beberapa dekade setelah Mahkamah Agung Korea Selatan pada 2018 memerintahkan perusahaan-perusahaan Jepang untuk membayar ganti rugi kepada mantan pekerja paksa. Lima belas warga Korea Selatan telah memenangkan kasus seperti itu, tetapi tidak ada yang mendapat kompensasi.
Jepang mengatakan masalah itu diselesaikan berdasarkan perjanjian 1965 dan Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi, Senin, mengatakan sikap pemerintahnya tidak berubah.
Washington telah mendesak sekutunya di kedua negara untuk berdamai dan menyebut pengumuman terbaru itu "terobosan", tetapi beberapa korban telah bersumpah untuk menolak kompensasi, menyiapkan panggung untuk pertempuran politik dan hukum yang lebih besar.
REUTERS
Pilihan Editor: Pengunjuk Rasa Israel Targetkan Netanyahu dan Menhan AS di Bandara