TEMPO.CO, Jakarta - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengkritik jor-joran di antara sejumlah negara pendukung Ukraina dalam memberikan senjata untuk menghadapi agresi Rusia. Menurut dia, hal itu merusak persatuan di antara sekutu.
"Kita menjaga dan memperkuat persatuan ini dengan terlebih dahulu menyiapkan keputusan secara rahasia - dan baru kemudian mengomunikasikannya," kata Scholz kepada majelis rendah parlemen Bundestag dalam naskah pidatonya, Rabu, 8 Februari 2023.
Ia mengutip kerja samanya dengan Presiden AS Joe Biden dalam keputusan untuk memasok tank. ke Ukraina.
"Apa yang merusak persatuan kita adalah kompetisi publik untuk mengalahkan satu sama lain tentang tank tempur, kapal selam, pesawat terbang - siapa yang memberikan lebih banyak?" kata dia menambahkan.
Dia menggambarkan invasi Rusia ke Ukraina, yang 24 Februari nanti genap 1 tahun, sebagai bencana "buatan manusia". Perang di Ukraina telah memicu "gerakan migrasi terbesar sejak Perang Dunia II," kata Scholz.
"Sejak hari pertama perang, karakteristik terkuat kami terletak pada kekompakan kami. Kami tidak akan membiarkan satu negara menyerang negara lain dan mengganggu perdamaian di Eropa."
Dan Scholz mengatakan sanksi UE "akan berlanjut" terhadap Rusia, "dan bahkan mungkin ditingkatkan."
Scholz juga meyakinkan Ukraina bahwa masa depannya terletak di UE. "Ukraina milik Eropa, masa depannya terletak di Uni Eropa. Dan janji ini benar," kata Scholz.
Pada hari Selasa, menteri pertahanan Rusia mengatakan bahwa pasokan senjata Barat ke Ukraina secara efektif menyeret NATO ke dalam konflik, memperingatkan hal ini dapat menyebabkan eskalasi yang "tidak dapat diprediksi".
Tapi Scholz membalas pernyataan Rusoia itu. "Ini bukan NATO dalam perang melawan Rusia. Ini adalah invasi Rusia ke Ukraina."
"Putin tidak akan mencapai tujuannya," kata Scholz bersumpah. "Ini jelas setelah satu tahun perang ini."
Pilihan editor: Rusia: Keterlibatan NATO di Ukraina Ancam Eskalasi Tak Terduga
REUTERS | DW