TEMPO.CO, Jakarta - Drone-drone Israel menggunakan bom-bom gravitasi yang tidak memproduksi suara dan asap ketika dijatuhkan, menyulitkan musuh untuk mengantisipasi atau menghindar, dan model terbesar dari pesawat ini dapat membawa hingga satu ton amunisi, kata militer, seperti dilansir Reuters, Kamis, 2 Februari 2023
Setelah lebih dari dua dekade kerahasiaan, Israel, Juli lalu, mengumumkan keberadaan drone-drone yang dipersenjatai dalam gudang senjata mereka. Pada November, seorang jenderal Israel menjelaskan secara detail – pasukan udara dan artileri – yang mengoperasikan sistem-sistem itu dalam pertempuran.
Baca Juga: Dokumen Inggris: George Bush Perintahkan CIA Mencari Pengganti Yasser Arafat
Pesawat-pesawat itu diawaki dari jarak jauh, menjatuhkan bom dan melakukan pengintaian sebelum kembali ke pangkalan. Pesawat-pesawat ini berbeda dari drone-drone kamikaze yang dikatakan Iran digunakan untuk menyerang pabrik pertahanan di Isfahan akhir pekan lalu – sebuah insiden yang Israel tak ingin berkomentar.
Saat memberi penjelasan kepada Reuters, seorang pejabat militer Israel senior mengatakan armada drone bersenjata termasuk Heron TP yang seukuran pesawat penumpang, dibuat oleh Israel Aerospace Industries Ltd milik negara, dan Hermes dari Elbit Systems Ltd yang lebih kecil.
Yang pertama, kata pejabat itu, “adalah drone yang paling berat yang dimiliki IDF (Pasukan Pertahanan Israel), yang dapat membawa amunisi, dengan muatan efektif sekitar 1 ton.” Manufaktur-manufaktur Israel tidak mempublikasikan kemampuan senjata drone-drone itu, berdasarkan apa yang disebut sumber-sumber industri digambarkan sebagai kebijakan rahasia Kementerian Pertahanan.
Pejabat, yang tidak diidentifikasikan sesuai dengan persyaratan militer mengingat kesensitifan isu, mengatakan setiap penjualan drone berkemampuan pengebom akan berada di level pemerintah ke pemerintah, menafikan kebutuhan akan publisitas.
Semua amunisi drone adalah buatan Israel, kata pejabat tersebut, dan "turun dengan terjun bebas, dan dapat mencapai kecepatan suara”. Bom-bom semacam itu tidak memiliki sistem-sistem tenaga penggerak yang menghasilkan kebisingan dan asap setelah pembakaran.
Pejabat itu menolak memberikan detail lebih lanjut mengenai amunisi-amunisi itu, dengan hanya mengatakan, dengan sengaja, Ketika sebuah drone bersenjata menyerang, “tidak seorang pun akan mendengarnya, tak seorang pun melihatnya datang.” Namun, ini diasumsikan memiliki ketinggian yang cukup sehingga baling-baling drone tidak dapat terdengar dengan jelas dari darat.
Dalam perang-perang musim dingin, seperti perang Israel di Gaza pada 2008-2009, drone-drone harus terbang di bawah awan agar kamera penargetan mereka berfungsi, yang artinya mereka mungkin terdengar. “Anda kehilangan unsur kejutan,” kata sang pejabat.
REUTERS
Baca Juga: Tarif Sewa Apartemen di Singapura Melonjak, Sejumlah Pekerja Migran Pilih Mudik