TEMPO.CO, Jakarta - Suami istri asal Rusia, ditangkap saat sedang makan malam di sebuah restoran. Mereka dicokok petugas penjaga nasional negara itu karena berbincang tentang perang Rusia Ukraina saat makan malam keluarga tersebut.
Baca: Lagi, AS Siapkan Paket Bantuan Senjata dan Amunisi Rp 30 T untuk Ukraina
Pria bersenjata memborgol Olesya Ovchinnikova, 42, dan suaminya Alexey Ovchinnikov, 40. Petugas memaksa mereka tiarap.
Percakapan pribadi mereka ternyata dilaporkan ke polisi oleh seorang anggota staf di restoran Na drovakh atau On Firewood di Krasnodar. Setelah mereka diborgol oleh petugas, Olesya Ovchinnikova dengan tegas menjelaskan dukungan penuhnya untuk Ukraina dalam sebuah video. Pernyataannya itu kemungkinan bakal membuatnya dipenjara hingga lima tahun di bawah undang-undang yang melarang kritik terhadap perang Rusia Ukraina. "Aku akan pergi jauh-jauh," katanya, tanpa gentar, bangkit dari lantai sambil diborgol. "Salam ke Ukraina!" katanya dalam sebuah video.
Ia menolak menutup mulut. "Tidak, aku tidak akan menutup mulutku. Aku tidak akan menutup mulutku. Puji Ukraina! Kemuliaan bagi para pahlawan! Kemuliaan bagi Zelensky….!" tuturnya.
Dia mengejek perwira muda itu saat dia merekam video sebagai bukti yang memberatkannya. "Kelinci, ambil filmnya, ibumu akan bangga padamu, kamu sangat baik sekali,' katanya dalam rekaman yang dirilis oleh pihak berwenang.
Olesya Ovchinnikova dan suaminya memiliki dua anak perempuan di bawah umur. Mereka dibawa ke kantor polisi setelah ditangkap di restoran tersebut.
Hari berikutnya pengadilan menahan sang suami selama 15 hari, kata pengacara pasangan tersebut Alexey Avanesyan. Dia didenda 1.000 rubel atau setara Rp 213 juta.
Selain membayar denda, dia juga terancam penjara. Sebabnya penegak hukum menyusun protokol terhadapnya karena diduga mendiskreditkan tentara Rusia dengan komentarnya yang mendukung Ukraina. Ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara.
Mantan penulis pidato Putin, Abbas Gallyamov, mengatakan kejadian itu adalah bukti bahwa Rusia tenggelam dalam totalitarianisme. "Perbedaan penting antara otoritarianisme dan totalitarianisme adalah bahwa dalam kasus pertama, ekspresi sentimen oposisi di depan umum dapat dilarang, tetapi tidak ada yang peduli dengan pendapat pribadi yang diungkapkan dalam percakapan pribadi," katanya.
"Di bawah totalitarianisme, kata-kata yang diucapkan dalam percakapan pribadi dan tidak dimaksudkan untuk telinga orang lain dapat dihukum. Rusia bergerak menuju totalitarianisme," ujarnya.
Simak: Ukraina Bakal Terima 140 Tank Barat untuk Gelombang Pertama
DAILY MAIL