Selain itu, ada pemberontakan Taiping (1850–64) dan Nian (1853–68) di selatan dan utara. Kemudian, upaya modernisasi dan westernisasi mendapat tentangan dari pejabat konservatif terutama melalui upaya janda permaisuri Cixi.
Perang Candu pertama (1839–1842), Perang Inggris-Prancis (1856–58), Perang Tiongkok-Jepang (1894–95), dan Pemberontakan Boxer (1900) semuanya menghasilkan kekalahan bagi Tiongkok dan pemberian konsesi kepada kekuatan asing.
Kejatuhan
Mengutip History, Dinasti Qing jatuh pada tahun 1911, digulingkan oleh revolusi yang terjadi sejak tahun 1894 ketika revolusioner berpendidikan barat Sun Yat Sen alias Sun Zhongshan membentuk Revive China Society di Hawaii , kemudian Hong Kong. Pada 1905, Sun menyatukan berbagai faksi revolusioner menjadi satu partai dengan bantuan Jepang dan menulis manifesto, Tiga Prinsip Rakyat.
Pada 1911, Partai Nasionalis Tiongkok mengadakan pemberontakan di Wuchang, dibantu oleh tentara Qing, dan 15 provinsi mendeklarasikan kemerdekaan mereka dari kekaisaran. Dalam beberapa pekan, pengadilan Qing menyetujui pembentukan republik dengan jenderal utamanya, Yuan Shikai, sebagai presiden.
Xuantog turun tahta pada 1912, dengan Sun membuat konstitusi sementara untuk negara baru, Republik Tiongkok, yang mengantarkan kerusuhan politik selama bertahun-tahun yang berpusat di sekitar Yuan. Pada 1917, ada upaya singkat untuk memulihkan pemerintahan Qing, dengan Xuantog dipulihkan kurang dari dua pekan selama kudeta militer yang akhirnya gagal.
KAKAK INDRA PURNAMA
Baca juga : Resep Bikin Tahok, Salah Satu Kuliner Legendaris dan Laris Manis di Kota Solo
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.