Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

Editor

Nurhadi

image-gnews
Warga membersihkan puing-puing bangunan yang hancur akibat banjir bandang di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, 14 Mei 2024. Warga sudah mulai membersihkan puing-puing, material lumpur dan tumpukan kayu yang memasuki rumahnya, dan hingga saat ini korban meninggal meninggal akibat banjir yang terjadi pada Sabtu 11 Mei 2024 di Sumatra Barat itu sudah mencapai angka 47 orang. TEMPO/Fachri Hamzah.
Warga membersihkan puing-puing bangunan yang hancur akibat banjir bandang di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, 14 Mei 2024. Warga sudah mulai membersihkan puing-puing, material lumpur dan tumpukan kayu yang memasuki rumahnya, dan hingga saat ini korban meninggal meninggal akibat banjir yang terjadi pada Sabtu 11 Mei 2024 di Sumatra Barat itu sudah mencapai angka 47 orang. TEMPO/Fachri Hamzah.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Banjir bandang disertai longsor terjadi di Sumatera Barat pada Sabtu, 12 Mei 2024. Hingga kini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal mencapai 50 orang. Bencana itu menambah daftar banjir bandang dengan korban jiwa yang banyak.

Banjir bandang memang menjadi salah satu bencana yang berbahaya. Kedatangannya yang tiba-tiba dan tanpa peringatan membuat warga tidak begitu siap untuk menanggulanginya. Pada 1931, telah terjadi banjir bandang terparah di dunia dengan jumlah korban jutaan jiwa. 

Dikutip dari Britannica, banjir Yangtze pada 1931 merupakan salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah China, bahkan di dunia. Banjir tersebut menelan korban jiwa lebih dari 3,6 juta orang dan menyebabkan kerusakan parah di sepanjang Sungai Yangtze. 

Penyebab utama banjir Yangtze adalah kombinasi antara faktor alam dan manusia. Musim dingin 1930-1931 di China mengalami curah hujan yang luar biasa tinggi, di atas rata-rata selama 100 tahun. Salju yang mencair di pegunungan juga berkontribusi pada peningkatan volume air di Sungai Yangtze.

Pada awal Juli 1931, hujan tanpa henti selama berminggu-minggu membanjiri lembah Yangtze. Sungai meledak, airnya naik hingga ketinggian 15 meter di beberapa tempat. Bendungan dan tanggul kewalahan, runtuh satu demi satu, melepaskan gelombang air raksasa yang menghancurkan desa-desa dan kota-kota di sepanjang sungai.

Di Wuhan, salah satu kota paling terpukul, lebih dari 1 juta orang kehilangan tempat tinggal. Kota itu terendam air selama berminggu-minggu, dan penyakit menular seperti kolera dan tifus menyebar dengan cepat.

Selain itu, faktor manusia juga berperan dalam memperparah situasi. Bendungan Danjiangkou yang dibangun di hulu Sungai Yangtze belum sepenuhnya selesai dan tidak dapat menahan tekanan air yang besar. Deforestasi di wilayah hulu sungai juga mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air hujan, sehingga mempercepat aliran air ke sungai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tragedi ini tak hanya merenggut nyawa jutaan orang, tetapi juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang luas dan kerugian ekonomi yang sangat besar. Lahan pertanian yang luas terendam, ternak mati, dan tanaman hancur, memicu kelaparan dan kemiskinan yang meluas. Banjir juga menyebabkan penyebaran cepat penyakit seperti kolera dan tifus yang menjangkiti masyarakat terdampak banjir bandang. 

Upaya pemulihan pasca banjir Yangtze 1931 membutuhkan waktu dan sumber daya yang besar. Pemerintah Tiongkok saat itu, yang sedang bergelut dengan perang saudara, tidak memiliki kapasitas untuk menangani bencana ini secara optimal. Bantuan internasional pun terbatas.

Masyarakat lokal berinisiatif untuk saling membantu dan membangun kembali kehidupan mereka setelah banjir bandang. Organisasi-organisasi amal dan relawan dari berbagai negara juga memberikan bantuan. Upaya pemulihan ini membutuhkan waktu bertahun-tahun, dan banyak orang yang tidak pernah pulih sepenuhnya dari tragedi ini.

IRSYAN HASYIM | HISTORY

Pilihan Editor: 5 Banjir Besar yang Pernah Melanda Berbagai Belahan Dunia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Regulator Ternate Perpanjang Masa Tanggap Darurat Banjir Bandang, Awasi Patahan di Hulu Sungai

1 jam lalu

Sejumlah rumah warga yang rusak pascabanjir bandang di Kelurahan Rua, Kota Ternate, Maluku Utara, 3 September 2024. Pemerintah Kota Ternate akan merelokasikan warga korban banjir bandang di Kelurahan Rua ke tempat yang lebih aman dan menyiapkan lahan sekitar 2,6 hektare di Kelurahan Jambula yang nantinya akan dibangun 100 unit rumah. ANTARA/Andri Saputra
Regulator Ternate Perpanjang Masa Tanggap Darurat Banjir Bandang, Awasi Patahan di Hulu Sungai

Periode tanggap darurat yang semula berakhir pada 7 September dilanjutkan hingga 21 September 2024.


Amerika Serikat Kucurkan Bantuan Pembangunan untuk Indonesia

23 jam lalu

Acara peluncuran Kesepakatan Infrastruktur dan Keuangan Indonesia senilai USD649 juta [lebih dari Rp10 triliun]. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta
Amerika Serikat Kucurkan Bantuan Pembangunan untuk Indonesia

Hibah ini diharapkan dapat melipatgandakan bantuan pembangunan AS untuk Indonesia selama lima tahun ke depan


Eks Bupati Lumajang Beberkan Pemeriksaan Polda Jatim soal Kasus Bantuan Bencana Erupsi Gunung Semeru

2 hari lalu

Thoriqul Haq ( baju putih) menerima SK Penetapan sebagai bakal calon bupati Lumajang dari Sekretaris Lembaga Pemenangan Partai (LPP) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB, Zainul Munasichin, Selasa, 14 Mei 2024. Foto: DPC PKB Lumajang
Eks Bupati Lumajang Beberkan Pemeriksaan Polda Jatim soal Kasus Bantuan Bencana Erupsi Gunung Semeru

Eks Bupati Lumajang yang juga politikus PKB Thoriqul Haq diperiksa Polda Jatim soal kasus bantuan bencana erupsi Gunung Semeru.


Tinjau Lokasi Banjir Bandang Rua Ternate, Menteri Basuki Akan Bangun Bendung Sabo

4 hari lalu

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau lokasi banjir bandang di di Kelurahan Rua, Ternate Pulau, Kota Ternate, Maluku Utara pada Selasa 03 Agustus 2024. Banjir menyebabkan 19 orang meninggal dunia dan puluhan rumah rusak berat. Foto : Andre Rua I Ternate
Tinjau Lokasi Banjir Bandang Rua Ternate, Menteri Basuki Akan Bangun Bendung Sabo

Pembangunan bendung sabo dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana banjir bandang di Pulau Ternate.


Mulai Diadopsi Kominfo, Secanggih Apa Sistem Peringatan Dini Bencana di Jepang?

4 hari lalu

Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan tsunami di sepanjang wilayah pesisir prefektur Ishikawa, Niigata dan Toyama. (Tangkapan Layar: Badan Meteorologi Jepang)
Mulai Diadopsi Kominfo, Secanggih Apa Sistem Peringatan Dini Bencana di Jepang?

Skema penyiaran peringatan dini bencana yang sedang dikembangkan oleh Kominfo mirip dengan teknologi yang selama ini dipakai di Jepang.


Ternate Dihantui Lima Jenis Bencana, Pemerintah Kota Didesak Susun Panduan Mitigasi

5 hari lalu

Foto udara operator alat berat memindahkan sisa material lumpur yang terbawa banjir bandang di Kelurahan Rua Kota Ternate, Maluku Utara, Selasa, 27 Agustus 2024. Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara mengerahkan sejumlah alat berat untuk membuka akses jalan yang menghubungkan Kelurahan Rua dan Kastela agar aktivitas warga kembali normal pascabanjir bandang di daerah itu. ANTARA/Andri Saputra
Ternate Dihantui Lima Jenis Bencana, Pemerintah Kota Didesak Susun Panduan Mitigasi

Pedoman mitigasi dianggap urgen agar masyarakat Ternate lebih peka terhadap bencana. Bukan hanya banjir bandang saja yang mengancam ternate.


Fenomena Ikan Laut Naik ke Daratan di Cianjur, Apa Penyebabnya?

5 hari lalu

Nelayan di perairan selatan Banten kebanjiran tangkapan ikan teri melimpah sehingga bisa meraup keuntungan peningkatan ekonomi. ANTARA/Mansur
Fenomena Ikan Laut Naik ke Daratan di Cianjur, Apa Penyebabnya?

Fenomena ikan laut naik ke daratan di Cianjur disebabkan oleh perubahan suhu air laut saat kemarau panjang.


Satu Korban Hilang Banjir Bandang Kota Ternate Ditemukan, Total 19 Orang Meninggal

5 hari lalu

Pencarian korban hilang dari bencana banjir bandang di Kota Ternate. Dok. Humas BNPB
Satu Korban Hilang Banjir Bandang Kota Ternate Ditemukan, Total 19 Orang Meninggal

Operasi pencarian korban hilang dilakukan sejak hari pertama bencana banjir bandang menerjang Kelurahan Rua, Kota Ternate.


Sepekan Pasca Banjir Bandang di Ternate, Korban Hilang Terakhir Ditemukan

6 hari lalu

Sejumlah alat berat  menyingkirkan material lumpur saat mencarian korban saat mencarian korban banjir bandang di Kelurahan Rua, Kota Ternate, Maluku Utara, Senin 26 Agustus 2024. Pada hari kedua pascabanjir bandang di kelurahan Rua tersebut sebanyak 450 Tim SAR gabungan diterjunkan ke lokasi untuk mencari 3 korban yang masih tertimbun material lumpur banjir bandang menggunakan ekskavator. ANTARA FOTO/Andri Saputra
Sepekan Pasca Banjir Bandang di Ternate, Korban Hilang Terakhir Ditemukan

Tim SAR menemukan korban hilang terakhir yang hanyut akibat banjir bandang di Kelurahan Rua, Kota Ternate, Maluku Utara.


Emisi dari Jet Pribadi Kaesang Hingga Taylor Swift dan Ritual Tolak Bencana di Ternate masuk Top 3 Tekno

6 hari lalu

Mengenal Gulfstream, Jet Pribadi Yang Ditumpangi Kaesang
Emisi dari Jet Pribadi Kaesang Hingga Taylor Swift dan Ritual Tolak Bencana di Ternate masuk Top 3 Tekno

Pembahasan soal emisi karbon dari jet pribadi, seperti yang dinaiki Kaesang Pangarep, menjadi artikel utama Top 3 Tekno, Ahad, 1 September 2024.