TEMPO.CO, Jakarta - Belarus pada Kamis, 28 Desember 2022 berhasil menangkal masuknya rudal pertahanan udara S-300 milik Ukraina di sebuah lapangan. Duta Besar Ukraina untuk Belarus dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri Belarus untuk menerima protes resmi atas peristiwa.
"Pihak Belarus menganggap insiden ini sangat serius," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Belarus Anatoly Glaz, seperti dilansir Reuters.
Baca Juga:
"Kami menuntut Ukraina melakukan penyelidikan menyeluruh, ... meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab dan mengambil tindakan komprehensif untuk mencegah terulangnya insiden seperti itu di masa depan," ujarnya menambahkan.
Gambar satelit menunjukkan area perumahan pasukan, tempat parkir kendaraan, dan penempatan artileri di Rechitsa, Belarus, 4 Februari 2022. Gambar dari Maxar Technologies yang berbasis di AS menunjukkan bahwa unit militer yang dipersenjatai dengan rudal, beberapa peluncur roket dan pesawat serang telah dikerahkan ke Belarus di tiga lokasi yang dekat dengan perbatasan dengan Ukraina. Maxar Technologies/Handout via REUTERS
Belarus mengatakan rudal itu jatuh di dekat desa Harbacha, wilayah Brest atau sekitar 15 kilometer dari perbatasan Belarus dengan Ukraina, sekitar pukul 10 pagi waktu setempat.
"Pecahan ditemukan di ladang pertanian. Reruntuhan itu milik peluru kendali anti-pesawat S-300 yang ditembakkan dari wilayah Ukraina," demikian keterangan Kementerian Pertahanan Belarus.
Rudal Ukraina itu nyasar ketika Rusia meluncurkan gelombang serangan rudal terbarunya ke kota-kota di seluruh Ukraina. Kementerian Pertahanan Belarus mengatakan lebih dari 18 gedung tempat tinggal dan 10 target infrastruktur penting di 10 wilayah hancur.
BelTA, kantor berita Belarus, mempublikasi foto dan video yang dikatakannya sebagai bagian dari rudal S-300 yang tergeletak di lapangan kosong. S-300 adalah sistem pertahanan udara era Soviet yang digunakan oleh Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Turun Dua Ribu, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1 Juta Per Gram
Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan siap mengundang pakar otoritatif dari negara-negara yang tidak mendukung Rusia untuk berpartisipasi dalam penyelidikan atas insiden tersebut. Rudal nyasar itu diklaim hasil dari serangan rudal Rusia "barbar" yang menghantam sasaran sipil.
"Ukraina, yang memiliki hak tanpa syarat untuk membela dan melindungi langitnya sendiri, pada saat yang sama siap melakukan penyelidikan objektif di Ukraina," demikian keterangan Kementerian Pertahanan Ukraina.
Kyiv menyebut tidak mengesampingkan provokasi yang disengaja, di mana Rusia meluncurkan rudal jelajahnya di jalur di mana mereka akan dicegat di atas wilayah Belarus. Seorang juru bicara militer Ukraina juga mengakui rudal itu adalah peluru kendali Ukraina, dengan mengatakan insiden itu tidak aneh, akibat pertahanan udara dan sesuatu yang telah terjadi lebih dari sekali.
Komisaris militer Belarusia di wilayah Brest, Oleg Konovalov, tak mau membesar-besarkan insiden tersebut. Dia mengatakan penduduk setempat sama sekali tidak perlu khawatir.
"Sayangnya, hal-hal ini terjadi," ujarnya.
Dia membandingkan insiden itu dengan peristiwa yang terjadi pada November 2022, ketika sebuah rudal S-300 ditembakkan oleh pertahanan udara Ukraina dan mendarat di wilayah Polandia secara tidak sengaja. Polandia adalah negara anggota NATO.
Belarus mengizinkan Moskow menggunakan wilayahnya pada Februari lalu untuk memulai invasi ke Ukraina, dan sejak itu telah terjadi peningkatan aktivitas militer Rusia dan Belarus di wilayah Belarus dalam beberapa bulan terakhir.
Minsk, bagaimanapun bersikeras tidak ikut-ikutan dalam perang, dan tidak akan berpartisipasi kecuali keamanannya sendiri terancam oleh Ukraina atau sekutu Barat Ukraina.
REUTERS
Moskow: Dukungan AS Kepada Ukraina untuk Melemahkan Rusia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini