TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah anggota Grup Wagner, tentara bayaran Rusia, dilaporkan tewas dalam serangan oleh angkatan bersenjata Ukraina di sebuah hotel di Luhansk yang diduduki Rusia.
Baca juga: Komandan Rusia Dieksekusi Mati Usai Anggotanya Ramai-ramai Desersi
Seperti dilansir Al Jazeera Senin 12 Desember 2022, gubernur Luhansk di pengasingan Serhiy Haidai, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan televisi Ukraina pada Ahad, bahwa Ukraina telah melancarkan serangan di sebuah hotel di Kota Kadiivka, di sebelah barat pusat utama Luhansk di kawasan itu.
Foto-foto yang diposting di saluran Telegram menunjukkan sebuah bangunan yang sebagian besar telah menjadi puing-puing. “Mereka menyerang tepat di mana markas Wagner berada,” kata Haidai. “Sejumlah besar dari mereka yang ada di sana meninggal,” katanya.
Kementerian pertahanan Rusia tidak segera tersedia untuk dimintai komentar dan kantor berita Reuters tidak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen.
Sebuah bagian dari media Ukraina mengutip pejabat setempat yang mengatakan bahwa hotel tersebut telah ditutup selama beberapa waktu. Sementara kantor berita Rusia TASS mengatakan di saluran Telegramnya bahwa sebuah hotel di Stakhanov – nama Rusia untuk Kadiivka – dihancurkan oleh serangan rudal HIMARS Ukraina.
Petugas penyelamat sedang membersihkan puing-puing, menurut seorang pejabat setempat. Haidai tidak memberikan angka korban, tetapi dia mengatakan mereka yang selamat dari serangan itu menghadapi layanan medis yang tidak memadai untuk merawat mereka.
“Saya yakin setidaknya 50 persen dari mereka yang berhasil selamat akan meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis,” ujarnya. “Ini karena bahkan di wilayah Luhansk kami, Ukraina telah mencuri peralatan medis.”
Haidai sebelumnya melaporkan serangan oleh pasukan Ukraina ke sasaran lain di wilayah Luhansk, termasuk di markas Wagner di Kota Popasna pada Agustus.
Grup Wagner – pasukan tempur tentara bayaran yang brutal dengan tujuan memajukan kepentingan militer Rusia di seluruh dunia – beroperasi di Ukraina, Suriah, Libya, Republik Afrika Tengah, dan Mali dan telah dituduh melakukan banyak pelanggaran hak, termasuk penyiksaan dan pembunuhan.
Dikendalikan oleh Yevgeny Prigozhin, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, Wagner membuka markas resmi pertamanya di Kota Rusia Saint Petersburg pada awal November.
Uni Eropa menuduh Wagner, yang sebagian besar anggotanya adalah mantan personel militer, melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Amerika Serikat serta UE telah memberikan sanksi kepada Prigozhin atas perannya dalam kelompok tersebut. Pada tahun 2021, UE mengatakan Grup Wagner bertanggung jawab atas pelanggaran, termasuk penyiksaan dan pembunuhan di luar proses hukum.
Baca juga: Eks Tentara Bayaran Rusia Dieksekusi dengan Palu, Bos Grup Wagner: Dia Pengkhianat
AL JAZEERA