TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Joko Widodo atau Jokowi resmi menutup gelaran Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Bali, Indonesia, pada Rabu lalu dan Presidensi G20 diserahkan ke India dengan tuan rumah berikutnya adalah kota New Delhi.
Presidensi G20 dipegang India per 1 Desember 2022 serta KTT G20 berikutnya kemungkinan akan diadakan pada Oktober-November tahun depan di Ibu Kota New Delhi.
Kota Terpadat Kedua Dunia
Kota New Delhi ini dikenal sebagai wilayah terpadat kedua di dunia, dengan penduduk sebanyak lebih dari 32 juta jiwa.
Pada 2020, platform pengukur tingkat kualitas udara yang bermarkas di Swiss, IQAir mengungkapkan New Delhi merupakan ibu kota paling berpolusi dalam kurun tiga tahun berturut-turut. Tak cuma ibu kota negara, bahkan dari 50 kota paling berpolusi di dunia, 35 di antaranya ada di India.
Tantangan Terbesar New Delhi
Terbaru, berdasarkan data rangking kualitas udara dan polusi kota di laman IQAir per hari ini, Kamis, 17 Oktober 2022, tiga kota besar India yakni Delhi, Kolkata, dan Mumbai masuk ke dalam lima besar kota paling berpolusi.
Indeks ketiga kota ini berada di kisaran 150 hingga 200-an. Ini mengindikasikan kondisi udara di wilayah tersebut dalam kategori tak sehat dan sangat tak sehat. Bahkan, sebelum pukul 13.00 WIB, New Delhi sempat menempati posisi kedua setelah Kolkata. Data tersebut berubah-ubah dan selalu di-update tiap jamnya.
Baca juga : Pencemaran Udara Lewati Ambang Batas, SD di New Delhi Diliburkan
Lalu apa penyebab New Delhi begitu berpolusi? Dikutip dari The Indian Express, The Centre for Science and Environment (CSE), sebuah organisasi berbasis di Delhi yang berfokus pada penelitian dan advokasi terkait lingkungan, menganalisis data terkait penyebab kota begitu berpolusi. Hasil analisis mengungkap bahwa sebagian besar polusi udara dalam kota disebabkan oleh sumber-sumber lokal. Sumber polutan itu menyebabkan sekitar 32,9 persen polusi di Delhi.
Adapun sumber polutan yang paling berpengaruh di Delhi menurut CSE adalah emisi kendaraan. Polutan ini menyumbang sekitar 51 persen kadar PM2.5 di New Delhi. Menurut BMKG, PM2.5 adalah Partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron.
Selain emisi kendaraan, polusi juga disumbangkan oleh 13 persen polutan perumahan, 11 persen dari industri, konstruksi sekitar 7 persen, dan diikuti oleh masing-masing 5 persen dari pembakaran limbah dan sektor energi. Sementara debu jalan berkontribusi sekitar 4 persen.
Analisis CSE juga menggunakan data dari Google Maps untuk melihat kecepatan lalu lintas per jam di 15 jalan arteri di kota. “Tingkat Kemacetan Tinggi” dicatat di semua jalan tersebut dengan kecepatan rata-rata mulai dari 27 kilometer per jam hingga 32 kilometer per jam.
Analisis menyimpulkan penumpukan lalu lintas di New Delhi berkontribusi pada tingkat nitrogen dioksida atau NO2 di kota. Tingkat nitrogen dioksida per jam juga ditemukan memuncak pada waktu kemacetan maksimum di jalan. Level NO2 per jam selama macet bisa berkisar antara 73 mikrogram hingga 86 mikrogram.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga : India Perkenalkan Helm Berfilter Udara, Kurangi 80 Persen Polutan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.