TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan meminta Presiden Arif Alvi menyelidiki militer. Dalam surat kepada Presiden, Khan merujuk pada acara yang diadakan bulan lalu oleh Letnan Jenderal Nadeem Anjum, kepala Intelijen Antar-Layanan (ISI).
Baca: Pangeran Arab Saudi Dipenjara 30 Tahun Usai Pulang dari AS
Baca Juga:
“Bagaimana bisa dua birokrat militer melakukan konferensi pers yang sangat politis dengan menargetkan pemimpin partai politik federal terbesar,” tulis Khan, ketua partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI).
Pada konferensi pers yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 27 Oktober lalu, Anjum didampingi oleh Letnan Jenderal Babar Iftikhar, kepala sayap media militer, Hubungan Masyarakat Antar-Layanan (ISPR).
Khan sedang memulihkan diri di rumahnya di Lahore setelah keluar dari rumah sakit pada Ahad, 6 November 2022. Pekan lalu, dia tertembak di kaki selama konvoi di Wazirabad di provinsi timur Punjab.
“Saya meminta Anda bertindak sekarang untuk menghentikan penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran hukum dan konstitusi kita,” tulisnya, juga meminta presiden mendefinisikan peran ISPR. Khan, 70 tahun, tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya.
Sejauh ini belum ada tanggapan terhadap surat baik dari presiden, yang merupakan panglima tertinggi angkatan bersenjata, maupun militer.
Kedua pejabat militer tersebut berbicara kepada media tentang pembunuhan jurnalis Pakistan Arshad Sharif di Kenya dan menanggapi tuduhan yang dibuat oleh Khan terhadap pembentukan militer.
Khan mengklaim pejabat intelijen senior Mayor Jenderal Faisal Naseer, Perdana Menteri Shehbaz Sharif, dan Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah terlibat dalam rencana pembunuhannya dan menuntut mereka dipecat. Khan mengulangi tuduhan itu dalam suratnya kepada presiden.
Khan sebelumnya menuduh pejabat militer menyiksa dan melecehkan pejabat PTI, termasuk seorang senator dan kepala stafnya.
Pada hari Jumat, militer menolak tuduhan itu dan mengatalan tuduhan tidak berdasar dan tidak bertanggung jawab. Militer menyatakan bahwa tuduhan terhadap perwira senior tentara tidak dapat diterima dan tidak beralasan.
Sharif meminta pengadilan tinggi negara itu membentuk komisi untuk menyelidiki serangan itu.
"Saya tidak punya hak untuk tetap menjabat jika ada sedikit pun bukti yang ditemukan terkait keterlibatan saya dalam kasus ini," kata perdana menteri, Sabtu lalu.
Khan dilengserkan melalui mosi tidak percaya parlemen pada April lalu. Dia menuduh bahwa konspirasi asing yang dipimpin Amerika Serikat berkolusi dengan militer Pakistan dan saingan politiknya untuk menyingkirkannya. Sekali lagi, dia tidak memberikan bukti apa pun. Pihak berwenang Amerika dan Pakistan telah membantah tuduhan ini.
Dia telah melakukan aksi unjuk rasa di seluruh negeri sejak pemecatannya. PTI mengamankan kemenangan elektoral dalam pemilihan sela yang diadakan pada Juli dan Oktober lalu.
Pemain kriket yang terjun ke politik itu melakukan perjalanan panjang pada 28 Oktober lalu ke Islamabad dengan tujuan mengadakan pemilihan umum lebih awal. Masa jabatan Majelis Nasional Pakistan saat ini berakhir pada Oktober 2023.
Dalam siaran video dari rumah sakit di media sosial pada Ahad, Khan mengumumkan partainya akan melanjutkan perjalanan pada Selasa, 8 November, dari Wazirabad. Dia mengatakan akan bergabung dengan pawai di Rawalpindi dalam beberapa hari mendatang.
Baca: Jet Rusia Gempur Sarang Pemberontak Suriah, 9 Orang Tewas
AL JAZEERA