TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan komunitas internasional, khususnya G20, segera bertindak menanggapi sikap Rusia yang meninggalkan kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam.
Keputusan Rusia itu diprediksi dapat memicu kelaparan di seluruh penjuru dunia, khususnya bagi negara-negara berkembang.
Baca juga: PBB, Turki dan Ukraina Tetap Dukung Kesepakatan Pengiriman Gandum dan Biji-bijian
"Bagaimana Rusia bisa termasuk dalam G20 jika sengaja bekerja untuk kelaparan di beberapa benua? Ini tidak masuk akal. Rusia tidak memiliki tempat di G20," kata Zelensky dalam pidato kenegaraan rutin, Sabtu malam, 29 Oktober 2022.
Rusia menghentikan perannya dalam perjanjian Laut Hitam pada Sabtu, 29 Oktober 2022, untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Moskow meyakini pakta itu tidak dapat menjamin keselamatan kapal sipil yang bepergian setelah serangan terhadap kapal Black Armada laut.
Berdasarkan kesepakatan Laut Hitam pada Juli 2022, Pusat Koordinasi Gabungan (JCC) - yang terdiri dari pejabat PBB, Turki, Rusia dan Ukraina--menyetujui pergerakan kapal dan memeriksa kapal yang berisi biji-bijian.
Lebih dari 9,5 juta ton jagung, gandum, produk bunga matahari, barley, rapeseed, dan kedelai telah diekspor sejak komitmen itu dicapai.
Indonesia memegang keketuaan G20 tahun ini. Konferensi tingkat tinggi atau KTT G20 akan diadakan di Bali pada 15-16 Oktober 2022.
Krisis global yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina memang telah membayangi forum ekonomi itu. Dalam beberapa kesempatan, Pemerintah Indonesia menyatakan tak bisa mengeluarkan Rusia karena preseden keanggotaan.
Dalam pidatonya, Zelensky mengatakan, Rusia dengan sengaja sudah memperparah krisis pangan pada September, jauh sebelum Moskow mengumumkan keputusannya baru-baru ini. Ketika itu Rusia disebut telah memblokir pergerakan kapal dengan makanan Ukraina.
Zelensky mencatat, dari September hingga hari ini, 176 kapal telah menumpuk di koridor biji-bijian, dan tidak dapat mengikuti rute mereka. Beberapa kapal pengangkut biji-bijian bahkan telah menunggu lebih dari tiga minggu.
"Ini adalah blokade yang benar-benar disengaja oleh Rusia. Ini adalah niat yang benar-benar transparan dari Rusia untuk mengembalikan ancaman kelaparan skala besar ke Afrika dan Asia," kata Zelensky.
Pemimpin Ukraina itu menambahkan, lebih dari 2 juta ton makanan ada di laut. Artinya, akses pangan justru semakin memburuk bagi lebih dari 7 juta konsumen.