TEMPO.CO, Jakarta - Cina akan memberlakukan kebijakan untuk mendorong naiknya angka kelahiran. Hal ini diungkap oleh Presiden Cina Xi Jinping menyusul kekhawatiran para pejabat kalau penurunan populasi di Cina dapat merugikan perekonomian Negeri Tirai Bambu tersebut.
“Kami akan membuat sebuah kebijakan untuk mendorong naiknya angka rata-rata kelahiran dan secara aktif mengejar sebuah strategi nasional dalam menghadapi populasi lansia,” kata Presiden Xi dihadapan 2.300 delegasi yang berkumpul di Ibu Kita Beijing untuk mengikuti Kongres Partai Komunis Cina, Minggu, 16 Oktober 2022.
Baca juga: Kisah Unik Kelahiran Ratu Elizabeth hingga Pangeran William, Ada yang di Kamar Mandi
Zhu Diwen yang lahir di tahun 1999 berpose di Shanghai, Cina, 22 Agustus 2014. Diwen berkata, "Aku memiliki sepupu dan aku tidak ingin memiliki kakak dan adik." Kebijakan satu anak Cina telah mencegah kelahiran sekitar 400 juta anak sejak tahun 1980. REUTERS/Carlos Barria
Cina adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Populasi di negara itu saat ini adalah 1,4 miliar jiwa atau terbanyak di dunia. Hanya saja, pada tahun ini, angka rata-rata kelahiran di Cina turun hingga ke level terendah.
Baca Juga:
Sejumlah ahli demographi mengatakan penurunan pada 2022 di bawah angka 10 juta kelahiran. Sedangkan pada tahun lalu, penurunan tercatat sebanyak 10,6 juta bayi.
Sebelumnya Cina pernah menerapkan kebijakan satu anak periode 1980 – 2015. Namun kebijakan itu sudah berubah menjadi terbanyak tiga anak pada satu keluarga setelah Cina menyadari adanya penurunan demografi.
Angka rata-rata fertilitas pada 2021 sebesar 1,16 atau di bawah standar OECD yang sebesar 2,1 untuk sebuah populasi yang stabil. Angka rata-rata fertilitas sebesar 1,16 juga masuk daftar yang paling rendah di dunia.
Lebih dari setahun terakhir, otoritas di Cina memperkenalkan sejumlah kebijakan untuk mendorong naiknya angka kelahiran. Contohnya pengurangan pajak, cuti melahirkan yang lebih panjang, peningkatan asuransi kesehatan, subsidi perumahan dan uang bonus dari pemerintah untuk mereka yang punya anak ketiga serta akan memperingati les privat (pelajaran) yang mematok harga mahal.
Kendati sudah banyak kelonggaran untuk mereka yang mau punya anak, namun perempuan Cina masih belum terlalu tertarik untuk punya anak, bahkan angka kelahiran di Cina masuk kategori yang terendah di dunia berdasarkan survei pada Februari 2022 oleh lembaga kajian YuWa Population Research.
Ahli demografi berpandangan kebijakan yang diambil Cina tersebut dirasa masih belum cukup. Sebab biaya pendidikan di Cina masih tinggi, upah rendah dan jam kerja yang sangat panjang. Rentetan permasalahan itu harus segera ditangani, belum lagi kebijakan Covid-19 dan pertumbuhan ekonomi Cina (yang melemah) telah menimbulkan keresahan pada warga Cina.
Sumber: Reuters
Baca juga: Xi Jinping Tetap Ingin Berlakukan Aturan Nol Kasus Covid-19
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.