TEMPO.CO, Jakarta - Negara-negara pemberi pinjaman dana yang tergabung dalam Paris Club pada bulan lalu telah berkoordinasi dengan Cina dan India untuk membahas soal utang Sri Lanka. Sebuah sumber mengatakan pada Reuters belum ada hasil yang dicapai dari pembicaraan itu.
Paris Club secara resmi mengkontak dua kreditor terbesar di Sri Lanka setelah negara itu mengalami krisis ekonomi. Sri Lanka sudah mencapai kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional atau IMF untuk pengucuran dana pinjaman sebesar USD 2,9 miliar (Rp 44 triliun) pada September 2022 lalu.
Relawan menyiapkan makanan di dalam dapur komunitas di sebuah gereja, di tengah krisis ekonomi negara, di Kolombo, Sri Lanka, 25 Juli 2022. REUTERS/Adnan Abidi
Baca juga: Gotabaya Rajapaksa Dapat Sambutan Hangat, Rumah dan Pengamanan
Sumber mengatakan pada Reuters kalau Paris Club belum mendapat jawaban dari Cina atau pun India perihal utang Sri Lanka tersebut. Pihak berwenang di Paris Club sudah melakukan pertemuan dengan pejabat India di Ibu Kota Washington di sela-sela pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia. Sedangkan delegasi Cina tidak hadir dalam kesempatan tersebut.
Sri Lanka sedang terseok-seok dalam krisis ekonomi terburuk dalam lebih dari tujuh dekade. PBB memperkirakan lebih dari satu pertiga populasi di Sri Lanka kekurangan bahan makanan.
Sri Lanka yang berpopulasi hampir 22 juta jiwa, sedang mengupayakan platform untuk berkoordinasi agar mendapat kepastian pendanaan dari para negara peminjam, yang juga termasuk dari Jepang.
Sri Lanka adalah negara berpenghasilan menengah, yang tidak bisa mengajukan sendiri keringanan (pembayaran) utang di bawah kerangka kerja G20 soal utang. Laporan IMF pada Maret 2022 menyebut total utang Sri Lanka dalam mata uang asing sebesar USD 38,7 miliar (Rp 595 triliun) atau sekitar 48,2 persen dari total GDP-nya.
Sumber tersebut juga mengatakan India dan Cina mungkin akan silang pendapat soal siapa yang harus mengambil langkah dalam mengkoordinasikan Paris Club dengan Sri Lanka. Berdasarkan data Pemerintah Sri Lanka, negara itu punya utang sekitar USD 14 miliar (Rp 215 triliun) dengan para kreditor yang punya hubungan bilateral dengan Sri Lanka, di mana 66 persenya bukan anggota Paris Club.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ekonomi Global Penuh Tangangan, Sri Mulyani Sebut Aksi Nyata Negara G20 Sangat Dibutuhkan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.