TEMPO.CO, Jakarta - Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah menyatakan tidak punya pilihan selain menyetujui pembubaran parlemen. Dalam keterangannya, Senin, 10 Oktober 2022, Pengawas Keuangan Istana Negara Ahmad Fadil Syamsuddin mengatakan, Raja Malaysia kecewa dengan perkembangan politik di tanah air saat ini.
Baca: Raja Malaysia Melawat ke Inggris Sepekan, Temui Raja Charles III
"Raja menyatakan kekecewaannya dalam perkembangan politik negara saat ini dan tidak punya pilihan selain menyetujui permintaan perdana menteri untuk mengembalikan mandat kembali kepada rakyat untuk pemerintahan yang stabil," katanya.
Ahmad Fadil juga mengatakan bahwa raja berharap agar pemilihan umum segera digelar, mengingat musim muson timur laut yang diperkirakan akan dimulai pada pertengahan November. "Raja bersikeras bahwa negara yang tangguh penting untuk memastikan stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi yang berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat," katanya. Ia menambahkan bahwa Raja Malaysia telah menyetujui pembubaran parlemen.
Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengumumkan hari ini bahwa parlemen telah dibubarkan. Pembubaran tersebut membuka jalan bagi pemilihan nasional yang akan diadakan sebelum akhir tahun.
Berbicara dalam pidato nasional yang disiarkan televisi pada pukul 3 sore, Ismail Sabri mengatakan dia meminta persetujuan dari Raja Malaysia pada Minggu siang untuk membubarkan parlemen. Permintaannya itu telah dikabulkan oleh raja.
Pemilihan tidak akan dilakukan sampai September 2023, tetapi Ismail Sabri telah berada di bawah tekanan dari beberapa faksi dari koalisi yang berkuasa untuk mengadakan pemungutan suara lebih awal.
Pada 30 September 2022, dewan tertinggi Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) memutuskan bahwa parlemen harus segera dibubarkan agar pemilu dapat diadakan tahun ini.
Baca: PM Malaysia Bubarkan Parlemen, Pemilu Digelar Setahun Lebih Cepat
CHANNEL NEWS ASIA