TEMPO.CO, Jakarta - Dmitry Medvedev, Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, yang juga sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin secara eksplisit memperingatkan serangan nuklir ke Ukraina semakin mungkin dilakukan. Dia menyebut, aliansi militer yang dipimpin Amerika Serikat semestinya tetap berada di luar konflik kalau tidak mau ada kiamat nuklir.
Medvedev pernah menjabat sebagai mantan Presiden Rusia. Ia menyatakan Rusia sama sekali tidak menggertak dan memiliki hak untuk mempertahankan diri dengan senjata nuklir jika ditekan sampai melewati batas.
"Mari kita bayangkan bahwa Rusia dipaksa menggunakan senjata paling menakutkan melawan rezim Ukraina yang telah melakukan tindakan agresi skala besar yang berbahaya bagi keberadaan negara kita," kata Medvedev dalam sebuah unggahan di Telegram.
Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev. AP/RIA Novosti, Dmitry Astakhov, Government Press Service
Putin pada Rabu, 21 September 2022, memerintahkan mobilisasi militer pertama Rusia sejak Perang Dunia II. Orang nomor satu di Rusia itu, juga mendukung rencana untuk mencaplok sebagian besar Ukraina. Ia mengultimatum Barat bahwa dia tidak sedang main-main mengenai senjata nuklir.
Menurut doktrin nuklir Rusia, seorang presiden Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika negara menghadapi ancaman dari luar, termasuk dari senjata konvensional.
"Saya percaya bahwa NATO tidak akan secara langsung ikut campur dalam konflik bahkan dalam skenario ini. Para demagog di seberang lautan dan di Eropa tidak mau mati dalam kiamat nuklir," kata Medvedev.
Sekitar 90 persen dari hulu ledak nuklir dunia dimiliki Rusia dan Amerika Serikat. Sejauh ini dua negara itu masih menjadi kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Medvedev menambahkan, penggunaan nuklir akan dilakukan Rusia dalam kasus tertentu atau sesuai dengan kebijakan negara. .
Ucapan Medvedev itu tercetus saat Rusia bersiap mencaplok sebagian besar wilayah Ukraina setelah referendum di wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia. Ukraina dan negara-negara Barat mencela pemungutan suara sebagai palsu ilegal.
Pertempuran sengit di berbagai bagian di Ukraina masih terjadi pada Selasa, 27 September 2022 atau ketika referendum di empat wilayah yang akan dicaplok Moskow, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia hampir berakhir.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yakin kalau Presiden Rusia Vladimir Putin bersungguh-sungguh mengenai penggunaan senjata nuklir dalam perang Ukraina demi membela Rusia.
"Dengar, kemarin itu mungkin hanya gertakan. Sekarang, itu bisa menjadi kenyataan. Saya tidak berpikir dia menggertak," kata Zelensky saat wawancara dengan CBS, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 26 September 2022.
REUTERS
Baca juga: Vladimir Putin Peringatkan Barat Nuklir Bukan Sekadar Gertakan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini