TEMPO.CO, Jakarta -Upaya diplomatik oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam menanggapi perang di Ukraina adalah kegagalan dan ‘sangat berbahaya’ bagi Kyiv. Hal ini diungkapkan Anders Fogh Rasmussen, mantan Sekretaris Jenderal NATO, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Jumat, 23 September 2022.
"Itu tidak berhasil," kata Rasmussen, mantan Perdana Menteri Denmark yang merupakan salah satu diplomat paling senior di dunia, sampai dia meninggalkan aliansi pertahanan transatlantik pada 2014, kepada majalah Prancis Le Point.
Komentarnya muncul setelah kritikan, terutama di Eropa timur, tentang bagaimana Macron menjaga hubungan terbuka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan panggilan telepon secara langsung. Komunikasi tetap terjadi bahkan setelah invasi ke Ukraina dan Putin telah memperingatkan agar tidak 'mempermalukan' Rusia.
"Macron mengejutkan kami pada awal krisis atas pernyataannya yang unik dan kritis bahwa Putin tidak boleh dipermalukan dan menawarkan jalan keluar. Pernyataan seperti itu adalah bencana dan sangat berbahaya,” ujarnya.
Kantor kepresidenan Prancis tidak segera memberikan respon atas hal tersebut. Namun, selebaran Rasmussen datang pada saat Macron mengkalibrasi ulang pesannya dan menyerang Moskow dengan nada yang lebih tegas.
Rasmussen tidak yakin. "Dia telah melemahkan kohesi internasional, dan saya pikir dia sekarang menyesali ini dan mencoba untuk mendapatkan kembali inisiatif", katanya dalam wawancara.
Dalam pidato yang disampaikan di Majelis Umum PBB, Macron menegaskan kembali keyakinannya bahwa para pemimpin dunia perlu terus berkomunikasi dengan Rusia, menambahkan bahwa ia akan kembali berbicara dengan Putin dalam beberapa hari mendatang untuk mengatasi situasi keselamatan yang terkait dengan reaktor nuklir yang terletak di zona perang Ukraina.
Namun menurut pengamat, terdapat perubahan nada pada pidato Macron, di mana ia menuduh Rusia sebagai imperialisme modern dan mendesak negara-negara berkembang untuk berpihak pada Moskow.
Macron menyatakan bahwa pembicaraan damai hanya dapat berhasil jika "kedaulatan Ukraina dihormati, wilayahnya dibebaskan, dan keamanannya dilindungi."
“Rusia sekarang harus memahami bahwa mereka tidak dapat memaksakan kehendaknya dengan cara militer”, kata Macron.
Baca juga: Putin dan Macron Adu Mulut soal PLTN Zaporizhzhia
REUTERS