TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan mobil dan truk mengantre di tambang batu bara Lubelski Wegiel Bogdanka, di Polandia. Sejumlah warga Polandia khawatir kekurangan pasokan batu bara saat musim dingin tiba.
Artur, 57, seorang pensiunan, berkendara dari Swidnik yang berjarak sekitar 30 kilometer dari tambang di Polandia timur pada Selasa pekan lalu. Dia berharap bisa membeli beberapa ton batu bara untuk dirinya dan keluarganya.
Ia rela tiga malam tidur di dalam mobil hatchback berkelir merah. Artur mengantre bersama sejumlah truk, traktor penarik trailer dan mobil pribadi. "Toilet dipasang hari ini, tetapi tidak ada air yang mengalir," katanya dilansir dari Reuters, Minggu, 28 Agustus 2022.
"Ini di luar perkiraan, orang-orang tidur di mobil. Saya ingat masa komunis tetapi tidak terlintas dalam pikiran saya bahwa kita bisa kembali ke sesuatu yang lebih buruk," ujarnya.
Artur adalah salah satu pelanggan rumah tangga dari 3,8 juta di Polandia yang bergantung pada batu bara untuk pemanas. Polandia sedang menghadapi kekurangan dan kenaikan harga batu bara. Sebabnya Polandia dan Uni Eropa memberlakukan embargo terhadap batu bara Rusia menyusul invasi Moskow ke Ukraina pada Februari.
Produksi batu bara di Polandia sekitar 50 juta ton setiap tahun. Batu bara impor yang sebagian besar dari Rusia, merupakan bahan pokok rumah tangga karena harga yang kompetitif. Batu bara Rusia yang dijual dalam jumlah besar lebih cocok untuk digunakan di rumah.
Melonjaknya permintaan telah memaksa Bogdanka dan tambang lain yang dikendalikan negara untuk menjatah penjualan atau menawarkan bahan bakar kepada pembeli individu melalui platform online dalam jumlah terbatas. Artur yang tidak mau menyebutkan nama lengkapnya mengatakan, dia telah mengumpulkan dokumen dari keluarga besarnya dengan harapan dapat mengambil semua alokasi bahan bakar sekaligus.
Tambang tersebut berencana menjual bahan bakar untuk sekitar 250 rumah tangga pada hari Jumat. Penjualan akan dilanjutkan selama akhir pekan untuk memangkas waktu tunggu, kata Dorota Choma, juru bicara tambang Bogdanka. Batasan tersebut diberlakukan untuk mencegah penimbunan dan pencatutan, atau bahkan menjual tempat dalam antrian.
Seperti semua tambang batu bara Polandia, Bogdanka biasanya menjual sebagian besar batu bara yang dihasilkannya ke pembangkit listrik. Tahun lalu, Bogdanka menjual kurang dari 1 persen dari outputnya ke klien individu, sehingga tidak memiliki pasokan batu bara untuk dijual langsung ke pembeli ritel.
Lukasz Horbacz, kepala Kamar Dagang Batubara Polandia, mengatakan penurunan impor Rusia dimulai pada Januari ketika Moskow mulai menggunakan jalur kereta api untuk transportasi militer. "Tetapi alasan utama dari kelangkaan tersebut adalah embargo," katanya.
Seorang juru bicara Weglokoks, perusahaan batu bara milik negara menolak berkomentar. Begitu pula Kementerian Iklim Polandia.
Dalam beberapa tahun terakhir, Polandia telah menjadi kritikus paling vokal terhadap kebijakan iklim Uni Eropa dan pembela setia batubara yang menghasilkan sebanyak 80 persen dari listriknya. Tetapi produksi batubara terus menurun seiring dengan meningkatnya biaya penambangan di tambang yang lebih dalam.
Konsumsi batubara sebagian besar tetap stabil, mendorong kenaikan impor secara bertahap. Pada 2021, Polandia mengimpor 12 juta ton batu bara. Sekitar 8 juta ton di antaranya berasal dari Rusia dan digunakan oleh rumah tangga dan pabrik pemanas kecil.
Pada Juli, Polandia memerintahkan dua perusahaan yang dikendalikan negara untuk mengimpor beberapa juta ton bahan bakar dari sumber lain termasuk Indonesia, Kolombia dan Afrika. Polandia memperkenalkan subsidi untuk pemilik rumah akibat kenaikan harga dua atau tiga kali lipat dari musim dingin tahun lalu.
Baca: Antisipasi Ancaman Rusia, Polandia Beli Tank dan Howitzer Rp85 Triliun dari Korea Selatan
REUTERS