TEMPO.CO, Jakarta - Dua perusahaan Korea Selatan menandatangani kontrak penjualan tank dan howitzer senilai $5,76 miliar (Rp85 triliun) dengan Polandia, yang meningkatkan impor senjata di tengah ketegangan dengan Rusia.
Kontrak, yang ditandatangani di Polandia, Jumat, 26 Agustus 2022, adalah bagian dari kesepakatan senjata terbesar Korea Selatan.
Polandia berusaha meningkatkan kemampuan militernya dalam menghadapi invasi Rusia ke negara tetangga Ukraina.yang meningkatkan impor senjata di tengah ketegangan dengan Rusia.
Hyundai Rotem akan mengirimkan tank K2 Black Panther, dan Hanwha Defense mengirim howitzer self-propelled K9 ke Polandia, kata Lembaga Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan (DAPA).
Para pihak belum mengumumkan nilai keseluruhan kesepakatan, yang diperkirakan media Korea Selatan mencapai 20 triliun won (Rp22 triliun).
“Karena ekspor pertahanan sangat penting dalam hal berbagi sistem senjata, dukungan logistik timbal balik, dan memperkuat aliansi keamanan, kesepakatan ekspor ini diharapkan dapat berkontribusi pada upaya kami untuk membangun solidaritas dengan negara-negara Eropa dan memperluas batas kemampuan keamanan kami,” kata DAPA. dalam sebuah pernyataan.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, yang menjabat pada Mei, telah berjanji untuk meningkatkan kerja sama keamanan dengan negara-negara Eropa yang berbagi nilai-nilai demokrasi dan ekonomi pasar, sambil meningkatkan industri pertahanan negara di tengah ancaman nuklir dan militer Korea Utara yang terus berkembang.
Yoon menjadi pemimpin Korea Selatan pertama yang menghadiri pertemuan puncak NATO di Spanyol pada bulan Juni sebagai pengamat, memperingatkan ancaman terhadap nilai-nilai tersebut.
Polandia setuju untuk membeli 180 tank K2, jumlah howitzer yang tidak ditentukan dan 48 jet tempur FA-50 berdasarkan kesepakatan. Kontrak hari Jumat mencakup angsuran pertama, kata DAPA, tanpa merinci jumlahnya. Kesepakatan untuk jet diharapkan bulan depan.
Invasi Ukraina, yang disebut Rusia sebagai "operasi militer khusus", telah menimbulkan kekhawatiran keamanan di antara banyak negara bekas Blok Timur.
Polandia, yang merupakan anggota NATO, meningkatkan pengeluaran militer hingga 3% dari produk domestik bruto dan menaikkan jumlah tentara ldua kali lipat untuk mencegah serangan apa pun.
Reuters