TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengingatkan, risiko konfrontasi nuklir kembali meningkat sejak beberapa dekade terakhir.
Ia menyerukan negara-negara nuklir untuk berkomitmen untuk tidak menggunakan senjata tersebut. Pernyataan Guterres menanggapi laporan serangan baru Rusia terhadap fasilitas Zaporizhzhia di Ukraina, pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa.
"Setiap serangan terhadap PLTN merupakan tindakan bunuh diri," kata Guterres dalam jumpa pers di Tokyo pada Senin, 8 Agustus 2022. Ia hadir ke Jepang untuk memperingati 77 tahun serangan bom atom pertama di dunia.
Pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN di Zaporizhzhia, Ukraina, terkena serangan pada Jumat, 5 Agustus 2022. Rusia dan Ukraina saling menyalahkan soal siapa yang bertanggung jawab dalam serangan tersebut.
Kepala PLTN Ukraina Energoatom, Petro Kotin, menyerukan agar agar PLTN Zaporizhzhia dijadikan zona bebas militer. Dia khawatir ada bencana nuklir seperti Chernobyl setelah situs itu terkena tembakan.
"Kehadiran pasukan penjaga perdamaian di zona ini dan pengalihan kendalinya kepada mereka, dan kemudian juga kendali stasiun ke pihak Ukraina akan menyelesaikan masalah ini," kata Kotin pada Senin, 8 Agustus 2022.
Kotin menyebut, tindakan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam menangani masalah ini dalam lima bulan terakhir cukup lamban. Namun, dia melihat saat ini ada sedikit perubahan.
"Sekarang ada pergerakan di posisi mereka, dan kami berharap situasinya akan dikendalikan oleh organisasi internasional," katanya.
Menurut Kotin, 500 tentara Rusia dan 50 alat berat termasuk tank, truk dan kendaraan infanteri lapis baja berada di lokasi. Ia menambahkan, staf Ukraina di pabrik tidak punya tempat berlindung. Dua orang terluka oleh pecahan peluru selama penembakan dan berada di rumah sakit.
Sementara Kremlin menyatakan, negara-negara Barat yang memiliki pengaruh atas Ukraina harus mendorong Kyiv untuk berhenti menembaki PLTN Zaporizhzhia. Dalam panggilan telepon dengan wartawan pada Senin, 8 Agustus 2022, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan penembakan PLTN itu "sangat berbahaya".
Kota Enerhodar dan PLTN Zaporizhzhia direbut oleh pasukan Rusia yang menyerang pada awal Maret. Lokasinya cukup dekat dengan garis depan pertempuran. PLTN itu adalah yang terbesar di Eropa, sehingga potensi bencana nuklir sangat dikhawatirkan.
Baca juga: Zelensky Tuduh Rusia Lakukan 'Teror Nuklir' dengan Tembaki PLTN
SUMBER: REUTERS