TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menuduh Amerika Serikat terlibat langsung dalam perang Ukraina. Kementerian Pertahanan Ukraina mengaku memiliki jejak Gedung Putih di negara yang terletak wilayah Eropa Timur itu.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan, pernyataan Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina Vadym Skibitsky di surat kabar Inggris Telegraph menunjukkan bahwa Washington terlibat dalam konflik. Meskipun dia yakin AS juga membatasi perannya pada pasokan senjata.
Skibitsky mengatakan kepada Telegraph bahwa ada konsultasi antara pejabat intelijen AS dan Ukraina sebelum serangan. Menurutnya, Washington juga memiliki hak veto yang efektif pada target yang dimaksudkan, tetapi pejabat AS tidak memberikan informasi penargetan langsung.
"Semua ini tidak dapat disangkal membuktikan bahwa Washington terlibat langsung dalam konflik di Ukraina. (Posisi) yang bertentangan dengan klaim Gedung Putih dan Pentagon," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, Selasa, 2 Agustus 2022.
"Pemerintahan Biden bertanggung jawab langsung atas semua serangan roket yang disetujui Kyiv di daerah pemukiman dan infrastruktur sipil di daerah berpenduduk Donbas dan daerah lain, yang telah mengakibatkan kematian massal warga sipil."
Gedung Putih atau Pentagon belum memberikan komentar atas pernyataan kementerian tersebut. Namun, sebelumnya Pentagon menyangkal klaim Moskow bahwa Rusia telah menghancurkan enam sistem rudal HIMARS buatan AS sejak dimulainya perang Ukraina. Rusia berulang kali mengklaim telah memukul HIMARS tanpa disertai bukti pendukung.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Memasuki bulan keenam, Rusia belum berhasil menjatuhkan pemerintahan Kyiv dan melanjutkan menggempur negara tetangga, sama-sama bekas anggota Uni Soviet.
Moskow mengatakan apa yang dilancarkannya itu sebagai sebuah operasi militer untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina. Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, mengecam Kremlin dengan menjatuhkan sanksi ekonomi dan mengirim bantuan senjata ke Ukraina.
Manuver pasukan Rusia pada awal invasi hampir menyentuh ibu kota Kyiv. Namun, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada 25 Maret bahwa fase pertama dari operasi khusus telah selesai dan sekarang akan fokus pada pembebasan Donbas.
Belum lama ini, Menteri Luar Negeri Ukraina Sergei Lavrov menyatakan, target geografis operasi militer khusus Moskow di Ukraina saat ini tidak lagi terbatas pada wilayah timur atau Donbas.
Saat wawancara dengan kantor berita Rusia RIA Novosti, Lavrov menegaskan operasi Rusia akan mencakup sejumlah wilayah lain. Tujuan Rusia akan berkembang lebih jauh jika Barat mengirimkan senjata jarak jauh ke Kyiv. Masalah lain berupa krisis pangan dan ketersediaan energi pun muncul dari konflik Rusia Ukraina.
Baca: Rusia Putuskan Resimen Azov Organisasi Teroris, Anggotanya Bisa Dihukum Mati
REUTERS