TEMPO.CO, Jakarta - Terpilihnya pemimpin oposisi Shehbaz Sharif sebagai Perdana Menteri Pakistan disambut dengan mundurnya lebih dari 100 anggota parlemen pendukung PM yang digulingkan Imran Khan.
Sharif, yang pro-Barat, terpilih sebagai perdana menteri pada Senin, 11 April 2022, menyusul krisis konstitusi selama seminggu yang mencapai puncaknya pada Minggu ketika Imran Khan kalah dalam mosi tidak percaya di parlemen.
Kepergiannya dari kekuasaan memicu protes jalanan dan pengunduran diri massal anggota parlemen dari partai Khan Pakistan Tehreek-e-Insaf sebagai protes atas perubahan pemerintahan.
Jika pengunduran diri diterima oleh ketua perlemen, Pakistan akan menghadapi prospek lebih dari 100 pemilihan sela dalam dua bulan, gangguan besar bagi Sharif, 70 tahun, dan mitra koalisinya sekaligus bisa menjadi dasar bagi Khan, 69 rtahun, untuk memobilisasi dukungannya.
Proses politik ini bisa membuat negara bersenjata nuklir berpenduduk 220 juta orang itu, rentan gejolak politik dan ekonomi.
Sharif memiliki reputasi di dalam negeri sebagai administrator yang efektif lebih dari sebagai politisi. Dia adalah adik dari tiga kali perdana menteri Nawaz Sharif.
Analis mengatakan Shehbaz, tidak seperti Nawaz, menikmati hubungan baik dengan militer Pakistan, yang secara tradisional mengontrol kebijakan luar negeri dan pertahanan.
Setelah pemungutan suara Senin, Sharif berjanji untuk mengatasi kelesuan ekonomi yang telah menyebabkan rupee mencapai titik terendah sepanjang masa dan bank sentral menerapkan kenaikan suku bunga terbesar dalam beberapa dekade pekan lalu.
"Jika kita harus menyelamatkan kapal yang tenggelam, yang kita semua butuhkan adalah kerja keras, persatuan dan kesatuan," katanya kepada parlemen. "Kita memulai era baru pembangunan hari ini."
Berikutnya: Imran Khan merasa AS di belakang kejatuhannya