TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan mitranya dari Ukraina Dmytro Kuleba sepakat bertemu di sebuah forum di Turki selatan pada Kamis, 10 Maret 2022.
Ini bakal menjadi pembicaraan potensial pertama antara para diplomat tinggi sejak Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina, dua pekan sebelumnya.
Rencana pertemuan itu disampaikan Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu, Senin, 7 Maret 2022. Dia mengatakan, akan menghadiri pertemuan di kota resor Antalya. Kementerian Luar Negeri Rusia mengkonfirmasi rencana tersebut.
Turki, anggota NATO yang berbagi perbatasan maritim dengan Rusia dan Ukraina di Laut Hitam, telah menawarkan untuk menengahi antara kedua pihak.
Ankara memiliki hubungan baik dengan Moskow dan Kyiv, dan menyebut invasi Rusia tidak dapat diterima meskipun menentang sanksi terhadap Moskow.
Cavusoglu mengatakan bahwa dalam panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Minggu, Presiden Tayyip Erdogan mengulangi tawaran Turki untuk menjadi tuan rumah pertemuan tersebut dan Lavrov kemudian menerimanya.
"Kami sangat berharap pertemuan ini menjadi titik balik dan langkah penting menuju perdamaian dan stabilitas," katanya, dan menambahkan kedua menteri telah memintanya untuk bergabung dalam pembicaraan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengkonfirmasi pertemuan itu di Telegram.
Kuleba mengatakan pada hari Sabtu bahwa dia terbuka untuk berbicara dengan Lavrov tetapi hanya jika pertemuan itu "bermakna".
Rusia mengumumkan "koridor kemanusiaan" baru pada hari Senin untuk mengevakuasi warga Ukraina yang terperangkap di bawah pemboman - ke Rusia dan sekutunya Belarusia, sebuah langkah yang segera dikecam oleh Kyiv sebagai aksi tidak bermoral.
Pengumuman itu muncul setelah dua hari gencatan senjata yang gagal untuk membiarkan warga sipil mengungsi dari kota Mariupol yang terkepung, di mana ratusan ribu orang terperangkap tanpa makanan dan air, di bawah pengeboman tanpa henti dan tidak dapat mengevakuasi mereka yang terluka.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus". Ini telah menyebabkan lebih dari 1,5 juta orang mengungsi yang dikatakan PBB sebagai krisis pengungsi tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Sementara menjalin hubungan dekat dengan Rusia di bidang pertahanan, perdagangan dan energi, dan menampung jutaan turis Rusia setiap tahun, Turki juga telah menjual drone ke Ukraina, yang membuat marah Moskow. Ankara juga menentang kebijakan Rusia di Suriah dan Libya, dan juga menentang pencaplokan Krimea oleh Rusia tahun 2014 dari Ukraina.
Reuters