TEMPO.CO, Jakarta - Enam laki-laki Jerman yang dituduh merampok permata di sebuah museum dengan koleksi seni terbesar di Eropa, mulai diadili di Pengadilan Dresden pada Jumat, 28 Januari 2022. Namun keberadaan harta karun sebagai barang bukti masih menjadi misteri.
Para terdakwa, berusia antara 22 dan 27 tahun yang tidak disebutkan namanya di bawah undang-undang privasi Jerman, didakwa bersekongkol mencuri permata dan membakar museum, menurut kantor kejaksaan Dresden.
Baca Juga:
Mereka diduga membobol Museum Gruenes Gewoelbe (Green Vault) Dresden pada dini hari 25 November 2019, dan mencuri 21 buah perhiasan berisi lebih dari 4.300 berlian dengan perkiraan nilai lebih dari 113 juta euro atau sekitar Ro1,8 triliun.
"Para terdakwa diduga mempersiapkan kejahatan dengan cermat," kata Thomas Ziegler, juru bicara pengadilan distrik Dresden.
Jaksa percaya bahwa keenamnya telah memeriksa TKP sebelumnya, menggergaji kisi-kisi jendela terlebih dahulu dan memasangnya kembali untuk masuk ke gedung secepat mungkin saat pencurian, kata Ziegler.
Jaksa mengatakan pada bulan September para terdakwa tidak mengelak atas tuduhan terhadap mereka. Polisi menawarkan 500.000 euro (Rp8 miliar) sebagai hadiah bagi yang dapat memberikan informasi tentang keberadaan permata itu.
Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa keenam terdakwa semuanya memiliki nama belakang sama. Sidang diperkirakan akan berlanjut hingga akhir Oktober. Lebih dari selusin pengacara menjadi pembela tersangka, yang semuanya ditahan.
Dua orang pernah dijatuhi hukuman empat setengah tahun penjara karena terlibat pencurian Big Maple Leaf, koin emas 100 kg senilai 3,75 juta euro, dari Museum Bode Berlin pada 2017.
Koleksi Dresden yang dicuri dikumpulkan pada abad ke-18 oleh Augustus the Strong, Elector of Saxony dan kemudian Raja Polandia, yang mengoleksi perhiasan sebagai bagian dari persaingannya dengan Raja Prancis Louis XIV.
Harta karun itu selamat dari serangan bom Sekutu dalam Perang Dunia Kedua, dan dibawa sebagai rampasan perang oleh Uni Soviet. Mereka dikembalikan ke Dresden, ibu kota bersejarah negara bagian Saxony, pada 1958.
REUTERS