TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi pimpinan Saudi yang bertempur di Yaman menuding pasukan Houthi menggunakan dua pelabuhan sebagai pangkalan militer sehingga menjadi target militer yang sah, kata juru bicara koalisi Brigadir Jenderal Turki al-Malki, Sabtu, 8 Januari 2022.
Pelabuhan Hodeidah dan Salif dikendalikan oleh gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran dan koalisi pimpinan Saudi mengatakan bahwa Houthi menggunakannya sebagai titik peluncuran untuk operasi militer dan laut.
"Kami tidak ingin menargetkan pelabuhan ... Kami ingin mencapai solusi politik yang komprehensif," kata al-Malki pada konferensi pers, tetapi menambahkan bahwa jika Houthi menggunakan fasilitas sipil, mereka kehilangan kekebalan sehingga membuat pelabuhan menjadi target.
Wakil menteri luar negeri Houthi Hussein al-Ezzi mengatakan bahwa misi PBB telah melakukan kunjungan harian dan mingguan ke pelabuhan provinsi Hodeidah sejak perjanjian Stockholm.
Perjanjian Stockholm ditandatangani pada 2018 antara pihak-pihak bertikai di Yaman bertujuan untuk menjaga pelabuhan tetap beroperasi.
Akses udara dan laut ke wilayah yang dikuasai Houthi dikendalikan oleh koalisi pimpinan Saudi, yang melakukan intervensi di Yaman pada awal 2015 setelah gerakan itu menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional dari ibu kota Sanaa.
Pasukan Houthi Minggu lalu membajak sebuah kapal kargo berbendera Uni Emirat Arab yang mereka katakan terlibat dalam "tindakan permusuhan", tetapi aliansi militer yang dipimpin oleh Riyadh mengatakan kapal itu membawa peralatan rumah sakit, bagian dari perjuangan untuk menegaskan kontrol atas impor ke negara itu.
Pembatasan impor bahan bakar dan barang-barang lainnya ke Yaman, di mana 16 juta orang tidak memiliki cukup makanan, telah menjadi poin utama pertikaian dalam konflik tersebut.
Houthi mengatakan pada hari Rabu bahwa koalisi telah mengalihkan kapal bahan bakar kelima dari Hodeidah ke pelabuhan Saudi.
REUTERS