TEMPO.CO, Jakarta - Warga negara Arab Saudi yang ditangkap di Paris minggu ini karena dicurigai terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi ternyata seorang turis yang sedang berlibur dengan seorang teman di Prancis, kata seorang pejabat yang mengetahui penyelidikan itu.
Setelah kembali ke Kerajaan Saudi, pria itu diwawancarai televisi Al Ekhbariya Arab Saudi yang ditayangkan pada Kamis.
"Mereka menempatkan saya di sebuah ruangan..., ruangan itu banyak kaca seperti yang digunakan untuk penjahat untuk mengamati mereka dan tidak ada ventilasi yang baik," kata pria itu, mengenakan sweater dan topi hitam.
"Melalui kaca, mereka mengawasi saya seolah-olah saya adalah binatang di kebun binatang," katanya.
Dikutip dari Reuters, 10 Desember 2021, pria yang dibebaskan pada Rabu, ditahan setelah paspornya dipindai saat melewati imigrasi di bandara internasional utama ibu kota Prancis dalam perjalanan ke luar negeri. Pejabat itu mengatakan pria itu bepergian dengan visa yang sah.
Pria itu memiliki kewarganegaraan yang sama, nama yang diberikan dan nama keluarga dan tahun lahir sebagai Khaled Aedh Al-Otaibi, mantan anggota Pengawal Kerajaan Saudi yang diidentifikasi dalam daftar sanksi AS dan Inggris, dan laporan yang ditugaskan PBB, sebagai daftar orang yang terlibat dalam Pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2018.
Tetapi nama patronimik pria yang ditahan itu berbeda dengan nama tersangka Al-Otaibi, yang dicari oleh Turki dengan surat perintah penangkapan internasional. Begitu juga nomor paspornya, kata pejabat dan sumber polisi, dilaporkan Reuters.
Surat perintah Turki menyatakan tahun kelahiran tetapi bukan hari dan bulan, dan tidak ada yang cocok, kata kedua sumber itu.
Namun, kemiripan itu cukup untuk pemindaian paspor untuk memberi tahu polisi perbatasan tentang kemungkinan kecocokan identitas dengan orang yang dicari.
Algoritma digunakan untuk menyatukan detail di paspor dan mencocokkannya dengan yang dirinci dalam surat perintah. Jika ada tingkat kecocokan tertentu, pemberitahuan yang dikeluarkan sistem memungkinkan pejabat perbatasan mengetahui pemeriksaan lebih lanjut diperlukan, kata sumber polisi.
Dalam wawancara TV, orang yang hampir senama dengan tersangka pembunuh Khashoggi mengatakan bahwa, pada awalnya, pihak berwenang Prancis tidak akan mengizinkannya untuk menghubungi Kedutaan Besar Arab Saudi di Paris.
"Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya ingin berbicara dengan kedutaan tetapi mereka tidak mengizinkan saya. Saya memiliki nomor pribadi duta besar tetapi mereka tidak mengizinkan saya menggunakan ponsel saya," katanya.
Akhirnya, petugas Prancis mengizinkannya untuk menerima telepon masuk dari kedutaan, yang memberi tahu dia bahwa kasusnya sedang ditangani, tambahnya.
Kementerian Dalam Negeri Prancis dan kepolisian nasional menolak mengomentari identitas yang salah.
Sebuah penilaian intelijen AS yang tidak diklasifikasikan yang dirilis pada Februari mengatakan penguasa de facto Saudi Putra Mahkota Mohammed bin Salman menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi.
Pemerintah Saudi telah membantah keterlibatan putra mahkota dan menolak temuan laporan tersebut.
Khashoggi, seorang jurnalis dan kritikus pangeran, terakhir terlihat memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Para pejabat Turki yakin tubuhnya dimutilasi dan dipindahkan. Jenazah Jamal Khashoggi belum ditemukan hingga saat ini.
Baca juga: Tangani Kasus Jamal Khashoggi, Penyelidik PBB Diancam Pejabat Saudi
REUTERS