TEMPO.CO, Jakarta - University of Queensland (UQ) Australia pada Rabu mengatakan akan merekrut pemilik mobil Tesla Inc di seluruh dunia untuk menganalisis apakah kapasitas baterai cadangan kendaraan listrik itu dapat mendukung jaringan energi dan bahkan pembangkit listrik di masa depan.
Universitas telah bermitra dengan platform analitik Teslascope untuk proyek penelitian, yang dikatakan akan menjadi uji coba pertama di dunia yang akan memeriksa bagaimana pemilik kendaraan listrik (EV) saat ini mengemudi dan mengisi daya kendaraan mereka.
Untuk studi tahap pertama, pemilik Tesla di Australia, Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, Swedia, Jerman, dan Inggris dapat mendaftar, menurut Reuters, 17 November 2021. Program ini nantinya dapat diperluas untuk mencakup perusahaan kendaraan listrik lainnya.
Dengan meningkatnya jumlah kendaraan listrik secara global, para ilmuwan mencari cara untuk menemukan bagaimana baterai mobil listrik dapat menyediakan layanan energi bersih lainnya selain membantu menurunkan emisi di industri transportasi.
Para peneliti di UQ mengatakan sebagian besar EV digerakkan hanya seperdelapan dari jarak mengemudi harian 400 km, memberikan peluang untuk menyimpan energi dan mengekspor daya ke jaringan menggunakan pengisi daya kendaraan-ke-jaringan (V2G).
"(Studi ini) tidak hanya akan membantu menginformasikan kebijakan EV secara internasional, tetapi juga menilai kelayakan penggunaan EV sebagai baterai di roda," kata Jake Whitehead, Research Fellow di UQ, mengatakan kepada Reuters.
Teknologi V2G adalah koneksi antara EV dan grid melalui daya yang dapat mengalir dari grid ke kendaraan dan sebaliknya. Itu berpotensi memungkinkan pemilik mobil untuk menjual energi ke jaringan, sementara utilitas dapat menggunakan mobil listrik sebagai backstop selama periode permintaan puncak.
Studi, yang awalnya bertujuan untuk merekrut 500 pemilik Tesla, akan mengumpulkan data penggunaan melalui antarmuka perangkat lunak kendaraan dan sebagai imbalannya pengguna akan ditawari langganan premium gratis ke Teslascope selama setahun.
Australia pekan lalu menjanjikan AUS$178 juta (Rp1,8 triliun) untuk meningkatkan peluncuran stasiun pengisian untuk mobil listrik, tetapi tidak menetapkan target untuk menghentikan mobil bensin.
Baca juga: Mobil Listrik dan Robot Pintar Jadi Perhatian Menarik di GIIAS 2021
REUTERS