TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat dari perusahaan listrik negara Afghanistan mengatakan mereka telah menandatangani impor listrik 100 megawatt dari Iran untuk mengatasi krisis listrik di beberapa provinsi.
Menurut pejabat Da Afghanistan Breshna Sherkat (DABS), perusahaan Afghanistan yang mengatur suplai listrik, mengatakan impor listrik akan didistribusikan di Provinsi Herat, Farah, dan Nimroz.
"Kami membeli 100 megawatt listrik dari Iran, yang mencapai Provinsi Herat, Farah dan Nimroz," kata juru bicara DABS Hekmatullah Noorzai kepada TOLO News, 11 November 2021.
Sejumlah warga mengaku khawatir dengan minimnya aliran listrik di ibu kota dan provinsi, terutama saat musim dingin. Mereka mengatakan sering menghadapi pemadaman listrik di musim dingin dan mendesak DABS untuk mengatasi masalah tersebut.
"Listrik selalu padam dan terkadang sangat lemah," kata Sayed Mohammad, penduduk Provinsi Herat.
"Di musim dingin, dibandingkan dengan waktu lain, ada kebutuhan yang mendesak akan listrik sehingga orang dapat mengatasi masalah mereka," kata Nisar Ahmad Mohammadi, penduduk Nimroz.
Sejumlah warga di ibu kota juga mengaku khawatir dengan kelangkaan listrik namun meminta Imarah Islam Afghanistan yang dikuasai Taliban untuk menyediakan listrik secara berkelanjutan.
"Pada musim dingin, pemadaman listrik meningkat, dan kayu serta batu bara mahal di musim ini. Orang menghadapi banyak masalah," kata Mohammad Jan, seorang warga Kabul.
Sebelumnya, pejabat DABS mengatakan Afghanistan membutuhkan 850 megawatt listrik per tahun, dan 620 megawatt diimpor dari negara tetangga dan 230 megawatt dipasok dari sumber dalam negeri.
Baca juga: Taliban Tangkap Tiga Tersangka Pengebom Masjid Suni di Afghanistan
TOLO NEWS