TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat Kementerian Luar Negeri Qatar tiba di Kabul, Afghanistan, untuk membahas lebih lanjut soal rencana Taliban ke depannya. Dikutip dari kantor berita Reuters, salah satu hal yang mereka bahas berkaitan dengan status Bandara Hamid Karzai, Kabul, yang dalam persiapan untuk dibuka kembali.
Diberitakan sebelumnya, bandara Kabul dinonaktifkan sementara waktu oleh Taliban sejak periode evakuasi di sana rampung. Penyebabnya, mereka tidak memiliki sumber daya teknis yang mampu membantu menjalankan operasional bandara, terutama soal ATC.
Taliban sudah mengajukan bantuan ke sejumlah negara. Dua di antaranya adalah Turki dan Qatar. Namun, Taliban memasang syarat bahwa negara yang akan memberikan bantuan teknis tidak boleh membawa tentaranya meski untuk alasan keamanan sekalipun. Menurut laporan Reuters, kedua negara menyanggupi syarat tersebut.
"Kami sudah memperbaiki segala masalah teknis dan logistik yang menganggu pembukaan kembali bandara...Kami harap upaya kami bisa mempercepat proses pembukaan bandara sehingga makin banyak pesawat ke Kabul," ujar utusan khusus Qatar, Mutlaq bin Majid Al-Qahtani, Jumat, 3 September 2021.
Jika semua berjalan lancar, kata Al-Qahtani, bandara Kabul sudah bisa dioperasionalkan kembali dalam waktu 48 jam. Hal itu, kata ia, sekaligus membuka jalur bantuan kemanusiaan ke Afghanistan yang selama ini terganggu.
Anggota pasukan elite Taliban Badri 313 berjaga-jaga di bandara Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021. Sejumlah pesawat dan kendaraan militer AS yang tersisa telah dipreteli dan dirusak agar tidak dapat dimanfaatkan oleh Taliban atau negara asing. Taliban/Handout melalui REUTERS
Perlu diketahui, WHO sempat kelimpungan mengirimkan bantuan ke Afghanistan karena kacaunya situasi di bandara Kabul. Saking kacaunya, WHO menyampaikan bantuan medis seberat 500 ton untuk Afghanistan tertahan di salah satu gudang mereka yang berlokasi di Dubai, Uni Emirat Arab.
"Harapannya, dalam 24-48 jam ke depan, kita sudah bisa melihat koridor bantuan kemanusiaan dibukan kembali melalui bandara Kabul atau bandara-bandara Afghanistan lainnya," ujar Al-Qahtani.
Di luar isu bandara, Qatar juga membahas pembentukan pemerintahan baru di Afghanistan oleh Taliban. Hal itu untuk memastikan transisi pemerintahan yang lancar plus adanya upaya untuk rekonsiliasi politik demi Afghanistan yang lebih damai dan stabil.
"Kami menggunakan segala upaya untuk menyampaikan pesan komunitas internasional terhadap Taliban. Kami berharap upaya itu berujung sukses, damai, dan stabilitas kembali di Afghanistan," ujar Al-Qahtani mengakhiri.
Pemerintahan baru Afghanistan pimpinan Taliban dikabarkan akan terdiri dari 25 kementerian dengan dewan konsultatif atau dewan syura yang beranggotakan 12 cendekiawan Muslim.
Baca juga: Pemerintahan Baru Afghanistan Pimpinan Taliban Akan Terdiri dari 25 Kementerian
ISTMAN MP | AL JAZEERA