TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Thailand bentrok dengan pengunjuk rasa di dekat kediaman Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha pada Ahad untuk kelima kalinya dalam seminggu terakhir.
Konvoi ribuan mobil dan sepeda motor yang mendesak Prayuth untuk mengundurkan diri di tengah kemarahan atas penanganan pemerintahnya terhadap pandemi Covid-19 sebelumnya telah melewati Bangkok dengan damai.
Namun sekali lagi protes anti-pemerintah dalam beberapa pekan terakhir mengakibatkan bentrokan dengan kekerasan di depan kediaman Prayuth, Reuters melaporkan, 15 Agustus 2021. Pihak berwenang mengatakan pertemuan publik ilegal di bawah darurat Covid-19.
Salah satu penyelenggara dari protes yang disebut gerombolan mobil, Nattawut Saikua, seorang aktivis politik veteran, pergi ke lokasi bentrokan untuk mendesak para pengunjuk rasa pulang.
Gerakan protes anti-pemerintah yang dipimpin pemuda Thailand, tampaknya telah mendapatkan kembali momentum, dan dukungannya telah meluas setelah demonstrasi tahun lalu menarik ratusan ribu orang sebelum tindakan keras oleh pihak berwenang.
Kelompok politik lain, termasuk beberapa mantan sekutu Prayuth, sekarang bergabung dengan protes ketika negara itu berjuang untuk mengatasi gelombang terburuk Covid-19, dengan banyak yang menyalahkan penanganan krisis oleh pemerintah.
Sepanjang hari ribuan pengunjuk rasa membawa bendera merah, membunyikan klakson dan mengikatkan pita merah di kendaraan mereka saat mereka bergerak damai dalam beberapa konvoi besar melalui Bangkok.
Penyelenggara membuat pidato dan pertunjukan musik kepada para pendukung melalui platform media sosial untuk menjaga jarak sosial selama protes.
Banyak penduduk Bangkok keluar untuk menyambut konvoi, banyak yang menyemangati mereka dan memberi isyarat dukungan.
"Tujuan kami adalah untuk menggulingkan Prayuth dari posisi perdana menteri dan kami akan melakukan ini dengan damai," kata Nattawut.
Polisi membela penggunaan kekuatan mereka selama bentrokan, dengan mengatakan kadang-kadang perlu untuk menjaga ketertiban umum. Mereka menambahkan bahwa mereka telah memenuhi standar internasional dalam penggunaan gas air mata, peluru karet, dan meriam air.
"Kita perlu menegakkan hukum dan menjaga perdamaian," kata kepala polisi Thailand Suwat Jangyodsuk kepada wartawan, tanpa merinci apakah polisi berniat menggunakan kekerasan.
Lebih dari 130 orang telah ditangkap dalam putaran terakhir protes anti-pemerintah Prayuth Chan-ocha sejak pertengahan Juli, kata Suwat.
Baca juga: Perdana Menteri Thailand Selamat dari Mosi Tidak Percaya
REUTERS