Pada Minggu (30/11) muncul penjelasan resmi pertama dari Pemerintah Negara Bagian Plateau yang menyebutkan, sekitar 200 orang tewas dalam perang selama dua hari, Jumat dan Sabtu.
Namun, sebuah sumber mengatakan jumlah korban sebenarnya bisa mencpai dua kali lipat. "Jumlah ini masih bersifat sementara. Petugas keamanan pemerintah masih mencari dan mengumpulkan mayat para korban," kata Menteri Informasi Nigeria, Nuhu Gagara.
Jaringan televisi Inggris, ITN, menyebutkan korban tewas akibat kerusuhan itu bertambah menjadi 400 orang.
Polisi menahan 500 orang pada Sabtu, "yang membawa berbagai jenis senjata," kata Gargara. Sementara juru bicara Pemerintah Plateau State, mengutip koran-koran lokal, sekitar 1.500 remaja ditahan selama dua hari sehubungan dengan kekerasan tersebut.
Jos dijaga ketat oleh polisi dan diawasi tentara, kata juru bicara militer Onwamaegbu, yang menolak jumlah pasukan yang dikirim ke kota itu.
Para relawan bencana dan para pengamat memperkirakan jumlah korban lebih tinggi dari hitungan pemerintah. "Lebih dari 300 orang terbunuh dalam dua hari kerusuhan," kata pejabat Palang Merah Nigeria yang enggan disebutkan namanya.
Khaled Abubakar, imam masjid di pusat Kota Jos mengatakan Sabtu lalu, "hampir 400 mayat" tergeletak di dalam masjid. "Kelompok Muslim menyembahyangkan 351 mayat di dalam masjid, dan menguburkan mereka secara massal," tutur Adamu Tsoho.
Sekitar 30 mayat lain juga sudah dipindahkan dari masjid Sabtu malam dan juga sudah dikuburkan. Sebelumnya, pada hari itu media lokal mengatakan ada 381 mayat di dalam masjid.
Palang Merah Nigeria melaporkan sebelumnya pada Jumat, sekitar 300 orang terluka dan lebih dari 10 ribu orang mengungsi dari rumah mereka ke gereja, masjid, dan ke barak-barak polisi dan tentara.
Rumah-rumah, gereja, dan masjid hangus dalam kerusuhan yang dipicu oleh rumor yang menyebutkan Partai Rakyat Nigeria (ANPP) -- mayoritas beranggotakan kelompok muslim -- telah kalah dalam pemilihan lokal dari partai yang tengah berkuasa saat ini, Partai Demokrasi Rakyat (PDP), yang umumnya didominasi warga Kristen.
Para saksi menggambarkan suasana kekerasan yang terjadi saat itu. "Di beberapa kawasan, orang-orang berteriak tak mengerti apa yang terjadi. Orang-orang berlarian menyelamatkan nyawa mereka," kata Mohammed Sani, ulama setempat.
"Saya melihat polisi menembak mati seseorang. Polisi membawa beberapa orang pergi. Pria itu bertanya ke mana mereka hendak dibawa. Namun polisi tersebut berbalik dan langsung menembaknya," kata Sani menambahkan. "Padahal pria itu tidak bersenjata."
BOBBY CHANDRA