TEMPO.CO, Jakarta - Taliban berencana untuk mengajukan proposal perdamaian tertulis ke pihak pemerintah Afganistan bulan depan, kata juru bicara Taliban, ketika kelompok itu membuat keuntungan teritorial besar di tengah penarikan pasukan asing yang masih berlangsung.
Ribuan anggota pasukan keamanan Afganistan telah melarikan diri ke negara tetangga Tajikistan ketika Taliban merangsek maju setelah Amerika Serikat mengosongkan pangkalan utamanya di Afganistan, selama hampir dua dekade di negara itu. Pasukan asing yang dipimpin AS menarik diri dari pangkalan udara Bagram sebagai bagian dari rencana untuk menarik semua pasukan asing pada 11 September.
Saat tentara Afganistan mengambil alih Pangkalan Udara Bagram, Taliban merebut kendali atas distrik-distrik baru dan para pemimpin Taliban memperbarui pembicaraan lama yang terhenti dengan utusan pemerintah Afganistan di ibu kota Qatar, Doha, pekan lalu.
"Pembicaraan dan proses perdamaian akan dipercepat dalam beberapa hari mendatang...dan mereka diharapkan memasuki tahap penting, tentu saja tentang rencana perdamaian," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pada Senin kemarin, dikutip dari Reuters, 7 Juli 2021.
"Mungkin akan memakan waktu satu bulan untuk mencapai tahap itu ketika kedua belah pihak akan berbagi rencana perdamaian tertulis mereka," katanya, seraya menambahkan bahwa putaran terakhir pembicaraan berada pada titik kritis.
"Meskipun kami (Taliban) berada di atas angin di medan perang, kami sangat serius tentang pembicaraan dan dialog."
Komando Afganistan tiba untuk memperkuat pasukan keamanan di Faizabad, ibu kota provinsi Badakhshan, setelah Taliban merebut distrik lingkungan Badakhshan baru-baru ini, 4 Juli 2021. [Kementerian Pertahanan Afganistan//Handout via REUTERS]
Meningkatnya pertempuran dan ribuan anggota pasukan keamanan Afganistan yang melarikan diri telah menimbulkan keraguan besar tentang negosiasi perdamaian yang didukung AS, yang dimulai tahun lalu di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump saat itu.
Menanggapi permintaan untuk mengomentari pernyataan perwakilan Taliban, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan penyelesaian yang dinegosiasikan adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri 40 tahun perang di Afganistan.
"Kami mendesak kedua pihak untuk terlibat dalam negosiasi serius untuk menentukan peta jalan politik untuk masa depan Afganistan yang mengarah pada penyelesaian yang adil dan tahan lama," kata pejabat itu.
"Dunia tidak akan menerima pemaksaan pemerintah di Afganistan," tambah pejabat itu. "Legitimasi dan bantuan untuk pemerintah Afganistan mana pun hanya dapat dimungkinkan jika pemerintah itu memiliki rasa hormat yang mendasar terhadap hak asasi manusia."
Para pejabat keamanan Barat mengatakan pasukan pemberontak telah merebut lebih dari 100 distrik, tetapi Taliban mengatakan mereka menguasai lebih dari 200 distrik di 34 provinsi yang mencakup lebih dari separuh negara itu.
Pada hari Minggu, lebih dari 1.000 personel keamanan Afganistan mundur melintasi perbatasan utara ke Tajikistan setelah Taliban maju, kata dinas penjaga perbatasan Tajikistan, sementara puluhan lainnya ditangkap oleh militan Taliban.
Para diplomat yang mengawasi pembicaraan intra-Afghanistan telah berulang kali meminta bantuan tetangganya Pakistan untuk meyakinkan para pemimpin Taliban agar menawarkan rencana perdamaian tertulis bahkan jika Taliban menuntut lebih, seperti pemulihan kekuasaan Islam garis keras yang mengingatkan pada periode kekuasaan kelompok itu pada 1996-2001.
Bulan lalu utusan khusus Uni Eropa untuk Afganistan, Tomas Niklasson, mengatakan waktu hampir habis dan bahwa proposal tertulis akan menjadi tanda keberhasilan pengaruh Pakistan atas Taliban.
Najia Anwari, juru bicara Kementerian Urusan Perdamaian Afganistan, membenarkan bahwa pembicaraan intra-Afganistan telah dilanjutkan dan mengatakan perwakilannya "sangat senang" bahwa utusan Taliban langsung menolak proses tersebut.
"Sulit untuk mengantisipasi bahwa Taliban akan memberi kami dokumen tertulis tentang rencana perdamaian dalam sebulan, tetapi mari kita bersikap positif. Kami berharap mereka hadir sehingga memahami apa yang mereka inginkan," kata Anwari.
Seorang tentara Afganistan bermain gitar yang ditinggalkan oleh pasukan AS di pangkalan udara Bagram, 5 Juli 2021. Pasukan Amerika menyerahkan pangkalan itu kepada pasukan keamanan Afganistan untuk mengakhiri perang terpanjang dalam sejarah AS, menyusul kesepakatan dengan gerilyawan Taliban tahun lalu. [REUTERS/Mohammad Ismail]
Bulan lalu, kepala dewan perdamaian resmi Afganistan menyerukan agar pembicaraan lama yang terhenti tentang penyelesaian kekerasan tidak boleh ditinggalkan meskipun serangan Taliban meningkat, kecuali pemberontak itu menarik diri.
Pekan lalu pasukan AS mengosongkan Pangkalan Udara Bagram sebagai bagian dari kesepahaman dengan Taliban, yang telah mereka lawan sejak menggulingkan gerakan Islam radikal itu dari kekuasaan setelah serangan al Qaeda 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Militer AS mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka menyelesaikan sekitar lebih dari 90 persen penarikan pasukannya dari Afganistan.
Dalam sebuah pernyataan, Komando Pusat AS mengatakan bahwa Amerika Serikat telah secara resmi menyerahkan tujuh fasilitas kepada kementerian pertahanan Afganistan.
Pangkalan Udara Bagram adalah pusat operasi militer Amerika Serikat di Afganistan untuk memerangi gerilyawan Taliban di utara.
Baca juga: Taliban Duduki 30 Persen Wilayah, Afghanistan Siapkan Serangan Balasan
REUTERS