TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Samoa, Tuilaepa Sailele Malielegaoi, pada Senin, 24 Mei 2021, memastikan dia tetap akan menjabat sebagai orang nomor satu di Samoa, kendati Mahkamah Agung sudah memerintahkan anggota parlemen agar memilih pemimpin Samoa yang baru.
Sebelumnya pada pekan lalu Mahkamah Agung menolak upaya Kepala Negara Tuimalealiifano Vaaletoa Sualauvi II untuk membatalkan hasil pemilu, yang mengakhiri kekusaan Perdana Menteri Tuilaepa.
Pemimpin oposisi di Samoa, Fiame Naomi Mataafa, di proyeksi untuk menjadi Perdana Menteri perempuan pertama di Samoa berdasarkan hasil pemilu. Fiame berjanji akan membatalkan pembangunan pelabuhan senilai USD 100 juta, yang dianggapnya berlebihan bagi sebuah negara kecil di Kepulauan Pasifik seperti Samoa. Fiame menyebut negaranya sudah punya banyak hutang budi dengan Cina.
Mahkamah Agung pada akhir pekan lalu memerintahkan parlemen agar bersidang pada Senin, 24 Mei 2021 untuk memilih Perdana Menteri Samoa yang baru. Namun Kepala Negara Tuimalealiifano membatalkan sesi sidang dan Perdana Menteri Tuilaepa menyatakan dia tidak akan menyingkir dari jabatannya.
“Kami akan tetap dengan peran ini dan mengoperasikan bisnis seperti biasa. Hanya ada satu Kepala Negara, dia memiliki kekuasaan ke Convene Parlemen dan hanya dia,” kata Tuilaepa.
Para pendukung partai – partai oposisi pada Senin, 24 Mei 2021 berkumpul di luar gedung parlemen sambil bernyanyi lagu pergerakan kemerdekaan Samoa. Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mendesak agar semua pihak bersikap tenang, setelah perseteruan belum memperlihatkan tanda-tanda akan reda.
“Penting bagi semua partai untuk menghormati aturan hukum dan proses demokrasi. Kami punya keyakinan pada institusi di Samoa, termasuk sistem peradilannya” kata Menlu Payne.
Baca juga: Dewan Gereja Larang Islam di Samoa, Begini Alasannya
Sumber: Reuters