TEMPO.CO, Jakarta - Mantan presiden Sri Lanka Maladewa Mohamed Nasheed menjalani operasi pada hari Jumat setelah dia terkena pecahan proyektil dari ledakan bom di luar rumahnya, kata partainya.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan Kamis di ibu kota Male. Presiden Ibrahim Mohamed Solih, sekutu dekat Nasheed, mengatakan penyelidikan ledakan sedang dilakukan.
Mohamed Nasheed, yang saat ini menjabat sebagai ketua parlemen Sri Lanka, dalam kondisi stabil setelah ledakan di luar rumah keluarganya di Male, kata juru bicara Partai Demokrat Maladewa, dikutip dari Reuters, 7 Mei 2021.
Dua anggota keluarga dekat, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan Nasheed sudah bisa berbicara dan responsif sebelum dirawat dengan anestesi di rumah sakit.
Nasheed sedang naik ke mobilnya saat ledakan terjadi. Laporan media lokal menunjukkan bahwa bom rakitan ditanam di sepeda motor yang diparkir di dekat mobilnya.
Dia dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan lukanya. "Dia stabil, operasi sedang berlangsung," kata juru bicara Partai Demokratik Maladewa (MDP) yang berkuasa di Nasheed, Jumat.
Petugas polisi Maladewa memeriksa lokasi ledakan di luar rumah keluarga ketua parlemen, mantan Presiden Mohamed Nasheed, di Male, Maladewa 6 April 2021.[Maldives Police Service/Handout via REUTERS]
Gambar dari saluran TV negara PSM menunjukkan petugas keamanan mengamankan tempat kejadian ledakan bom di ibu kota Male. Seorang turis asing juga terluka, PSM melaporkan.
"Saya mengutuk keras serangan terhadap Ketua Parlemen, Presiden Mohamed Nasheed malam ini," cuit Twitter Menteri Luar Negeri Abdulla Shahid.
"Serangan pengecut seperti ini tidak terima masyarakat kita. Doa saya untuk Presiden Nasheed dan orang lain yang terluka dalam serangan ini, serta keluarga mereka," kata Shahid.
Negara kepulauan ini di masa lalu dikenal karena kerusuhan politik serta kekerasan militan Islam.
Pada 2015, mantan presiden Abdulla Yameen melarikan diri tanpa cedera setelah ledakan di speedboat-nya, sementara ledakan tahun 2007 yang dituduhkan pada militan Islam menargetkan turis asing dan melukai 12 orang.
Presiden Ibrahim Mohamed Solih, sekutu dekat Nasheed, mengatakan ledakan Kamis itu adalah serangan terhadap "demokrasi dan ekonomi" Maladewa.
Pemerintah sedang mencari dukungan teknis dari mitra asing dalam kasus tersebut dan tim dari Kepolisian Federal Australia diperkirakan akan bergabung dalam penyelidikan pada Sabtu, kata Solih pada Kamis malam.
Maladewa Mohamed Nasheed adalah presiden pertama yang dipilih secara demokratis di Sri Lanka dan sering memperingatkan tentang kelompok ekstremis yang masuk ke negara Islam itu.
Baca juga: Kabinet Sri Lanka Menyetujui Usulan Larangan Cadar
REUTERS