Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kamboja Kritik VICE karena Ubah Foto-foto Korban Khmer Merah Jadi Tersenyum

image-gnews
Pengunjung menyaksikan foto-foto korban rezim Khmer Merah di penjara Tuol Sleng yang kini menjadi Museum Genosida di Phnom Penh, 5 Agustus  2014. Tragedi genosida ini menghantui generasi muda Kamboja yang hampir seluruhnya kehilangan kerabat.   REUTERS/Damir Sagolj
Pengunjung menyaksikan foto-foto korban rezim Khmer Merah di penjara Tuol Sleng yang kini menjadi Museum Genosida di Phnom Penh, 5 Agustus 2014. Tragedi genosida ini menghantui generasi muda Kamboja yang hampir seluruhnya kehilangan kerabat. REUTERS/Damir Sagolj
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kamboja meminta grup media asal Amerika Serikat, VICE, untuk menarik artikel yang menampilkan foto-foto korban "ladang pembantaian" Khmer Merah yang diubah wajahnya menjadi tersenyum.

Kamboja mengatakan modifikasi VICE pada foto-foto yang baru diwarnai itu menghina para korban. Pada Ahad pukul 12.00 GMT, artikel tersebut kemudian tidak lagi tersedia di situs VICE.com.

Dikutip dari Reuters, 11 April 2021, dalam artikel yang diterbitkan pada hari Jumat, seniman Matt Loughrey mengatakan proyeknya untuk mewarnai gambar dari penjara Tuol Sleng yang terkenal, yang juga disebut S-21, bertujuan untuk memanusiakan 14.000 orang Kamboja yang dieksekusi dan disiksa di sana.

Namun, artikel tersebut menimbulkan reaksi negatif di media sosial setelah perbandingan dengan foto hitam-putih asli menunjukkan bahwa beberapa subjek hanya tersenyum pada gambar berwarna Loughrey. Artikel VICE tidak berisi gambar asli.

"Bermain-main dengan menggunakan teknologi untuk merias korban S21 adalah penghinaan yang sangat berat bagi jiwa para korban #genocide," tulis politisi Kamboja di pengasingan Mu Sochua di Twitter.

Wisatawan melihat tengkorak korban pembantaian rezim komunis Khmer Merah di Monumen Choeung Ek atau ladang pembantaian, Phnom Penh, Kamboja, Selasa, 26 Februari 2019. Tragedi kemanusiaan tersebut terjadi pada rentang waktu 1975 hingga 1979. ANTARA/Nyoman Budhiana

Kementerian Kebudayaan Kamboja mengeluarkan pernyataan yang meminta Loughrey dan VICE untuk menghapus gambar tersebut.

"Kami mendesak para peneliti, seniman, dan publik untuk tidak memanipulasi sumber sejarah apa pun untuk menghormati para korban," kata kementerian itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Loughrey, yang dalam wawancara VICE mengatakan telah bekerja dengan keluarga korban untuk merestorasi foto-foto tersebut, menolak berkomentar saat dihubungi Reuters.

VICE juga tidak menanggapi permintaan komentar tetapi pada hari Minggu menambahkan catatan editor, sebelum artikel tersebut kemudian menghilang dari situs.

"Telah menjadi perhatian kami bahwa potret yang direstorasi dan diterbitkan dalam artikel ini telah dimodifikasi melampaui pewarnaan. Kami sedang meninjau artikel tersebut dan mempertimbangkan tindakan lebih lanjut untuk mengoreksi catatan tersebut," tulis catatan editor sebelum artikel dihapus.

Youk Chhang, direktur Pusat Dokumentasi Kamboja, membandingkan perubahan itu dengan penulisan ulang sejarah. Sebuah petisi online yang menuntut artikel tersebut dihapus mendapatkan ribuan tanda tangan.

Setidaknya 1,7 juta orang Kamboja tewas dalam pemerintahan teror ekstremis Khmer Merah di Kamboja dari tahun 1975 hingga 1979.

Baca juga: Kamerad Duch, Algojo Utama Pembunuhan Massal Khmer Merah Meninggal

REUTERS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

7 jam lalu

Orang-orang bekerja untuk memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 21 April 2024. REUTERS/  Ramadhan Abed
Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

Penemuan kuburan massal di dua rumah sakit di Gaza telah memicu seruan kepala HAM PBB dan pihak lainnya untuk penyelidikan internasional.


Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

12 jam lalu

Koalisi mahasiswa Universitas Michigan berkumpul di sebuah perkemahan di Diag untuk menekan universitas tersebut agar melepaskan dana abadinya dari perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel atau dapat mengambil keuntungan dari konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di kampus perguruan tinggi Universitas Michigan  di Ann Arbor, Michigan, AS, 22 April 2024. REUTERS/Rebecca Cook
Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.


Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

1 hari lalu

Kantor pusat Google di Mountain View, California, Amerika Serikat. (theverge.com)
Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

Google menjalin kerja sama dengan Israel lewat kontrak Project Nimbus untuk layanan komputasi awan atau cloud senilai hampir Rp 20 triliun.


Kepala Negara yang Ditangkap dan Diadili Mahkamah Pidana Internasional atau ICC, Berikutnya Netanyahu?

3 hari lalu

Slobodan Milosevic [Strategic Culture Foundation]
Kepala Negara yang Ditangkap dan Diadili Mahkamah Pidana Internasional atau ICC, Berikutnya Netanyahu?

PM Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan beberapa negara ke ICC atas genosida Gaza, Palestina. Berikut pemimpin dunia pernah diadili ICC?


Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

5 hari lalu

Maung Zarni. Rohringya.org
Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976


Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

9 hari lalu

Para karyawan melakukan aksi duduk di kantor Google di New York untuk memprotes kerja sama raksasa teknologi tersebut dengan Israel. latimes.com
Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

Para pengunjuk rasa menekan Google untuk mengakhiri kontraknya dengan Amazon untuk proyek cloud dan pembelajaran mesin Israel.


Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

10 hari lalu

Iklan satu halaman penuh di New York Times yang menyerang penyanyi Dua Lipa dan model Gigi dan Bella Hadid telah dikecam secara luas.[Twitter/Middle East Eye]
Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

The New York Times menginstruksikan para jurnalis yang meliput serangan Israel di Gaza untuk membatasi penggunaan istilah genosida hingga pendudukan


Polisi Bubarkan Pertemuan Pro-Palestina di Jerman, Khawatirkan Ujaran Kebencian

13 hari lalu

Orang-orang menghadiri demonstrasi pro-Palestina, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Berlin, Jerman, 4 November 2023. REUTERS/Liesa Johannssen
Polisi Bubarkan Pertemuan Pro-Palestina di Jerman, Khawatirkan Ujaran Kebencian

Kongres pro-Palestina tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan apa yang mereka sebut sebagai "genosida" oleh Israel di Gaza.


Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

14 hari lalu

Ilustrasi peretasan situs dan data. (Shutterstock)
Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

NET Hunter, kelompok peretas yang membobol Kementerian Keamanan Israel, mengatakan akan terus melakukan serangan cyber sampai perang Gaza berhenti.


Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

16 hari lalu

Candi Angkor Wat di Siem Reap, Kamboja, (1/12). Angkor Wat dibangun oleh Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12, dan kini menjadi tujuan wisata di Kamboja. ANTARA/Wahyu Putro A
Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.