TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina merespon tuduhan WHO bahwa mereka dengan sengaja menutup-nutupi data penting dalam investigasi asal virus Corona (COVID-19). Dikutip dari CNN, Kementerian Luar Negeri Cina membantah tuduhan tersebut dengan berkata mereka selalu bersikap kooperatif selama investigasi WHO berlangsung.
"Pemerintah Cina telah memfasilitasi hal-hal yang diperlukan tim investigasi untuk bekerja, mendemonstrasikan keterbukaan dan tanggung jawab kami," ujar Kementerian Luar Negeri Cina, Rabu, 31 Maret 2021.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa hasil investigasi asal usul COVID-19 pada Januari lalu sesungguhnya belum komplit. Sebab, kata ia, Pemerintah Cina menahan sejumlah data mentah terkait awal pandemi COVID-19. Alhasil, kata Ghebreyesus, tim investigatornya tidak mendapatkan gambaran paling lengkap soal asal usul COVID-19.
Investigasi itu sendiri sempat terkendala beberapa hal. Selain investigator sempat tidak mendapat izin masuk ke Cina, negeri tirai bambu itu sendiri menentang investigasi asal-usul COVID-19. Cina menganggap investigasi COVID-19 bernada politis mengingat pengusulnya adalah Amerika dan Australia yang bermasalah dengannya. Cina akhirnya menyetujui investigasi itu selama pihaknya dilibatkan.
Tim investigator WHO menghabiskan kurang lebih empat pekan dalam menyelidiki asal usul COVID-19 di Cina yang diyakini sebagai ground zero, titik awal. Mereka mengunjungi berbagai rumah sakit dan pasar hewan, melakukan penelitian sambil diawasi aparat Cina. Hasilnya, tim investigator berkesimpulan COVID-19 tidak lahir di Cina, tetapi dibawa ke Cina oleh hewan. Walau begitu, di Cina lah penyebaran virus itu tak terkendali.
Petugas keamanan berjaga di depan pasar saat tim WHO penyelidik asal-usul virus corona mengunjungi pasar makanan laut Huanan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, Ahad, 31 Januari 2021. Tim WHO berencana mengunjungi pasar Huanan dan Institut Virologi Wuhan. REUTERS/Thomas Peter
Hal yang belum terjawab adalah dari mana virus COVID-19 datang dan bagaimana penyebarannya dimulai. Ghebreyesus meminta adainvestigasi kolaboratif lagi dengan durasai lebih panjang dan akses berbagai data yang lebih komprehensif. Tim Investigator WHO mendukung hal itu, mengakui data mereka memang belum komplit.
Pemerintah Cina, dikutip dari CNN, belum mengiyakan hal tersebut. Namun, mereka meminta agar investigasi serupa dilakukan di negara lain. Sebagai catatan, media-media pemerintah Cina sempat memainkan isu bahwa virus COVID-19 sudah lama ada sebelum wabah meledak di Wuhan.
Peter Daszak, anggota tim investigator WHO, menyatakan belum ada rencana bagi timnya untuk kembali ke Cina melakukan investigasi tahap kedua. Walau begitu, kata ia, komunikasi dengan CIna sudah dilakukan soal bagaimana investigasi selanjutnya bisa dilakukan jika memungkinkan.
Beberapa pakar pesimis Cina akan bersikap terbuka kalaupun ada investigasi asal virus Corona kedua. Hal itu menyusul memburuknya hubungan Cina dengan beberapa negara barat terkait COVID-19 yang ikut berdampak ke WHO. "Selama ada halangan politik, Cina tidak akan sepenuhnya kooperatif," menurut anggota Dewan Hubungan Luar Negeri Amerika, Yanzhong Huang.
Baca juga: WHO Sebut Hasil Investigasi Asal-usul COVID-19 di Cina Belum Komplit
ISTMAN MP | CNN