TEMPO.CO, - Pasukan keamanan Myanmar dilaporkan menewaskan sedikitnya 12 orang di saat pemerintah bayangan untuk pertama kalinya muncul ke publik dan menyerukan revolusi membatalkan kudeta militer.
Mengutip laporan Reuters, Sabtu, 13 Maret 2021, lima orang ditembak mati dan beberapa lainnya cedera ketika polisi melepaskan tembakan pada aksi demonstrasi duduk di Mandalay.
Satu orang tewas di pusat kota Pyay dan dua orang meninggal dunia karena ditembak polisi di Yangon. Tiga orang juga tewas dalam semalam, media domestik melaporkan.
"Mereka bertingkah seperti berada di zona perang, dengan orang-orang tak bersenjata," kata aktivis yang berbasis di Mandalay, Myat Thu. Dia mengatakan korban tewas termasuk seorang anak berusia 13 tahun.
Si Thu Tun, pengunjuk rasa lainnya, mengatakan dia melihat dua orang ditembak, termasuk seorang biksu Buddha. “Salah satunya terkena di tulang kemaluan, satu lagi ditembak hingga tewas,” ucap dia.
Di Pyay, seorang saksi mata mengatakan pasukan keamanan menghentikan ambulan yang berusaha mendekati korban luka. Akibatnya satu orang meninggal dunia.
Seorang sopir truk di Chauk, sebuah kota di tengah Wilayah Magwe, juga tewas setelah ditembak di dada oleh polisi, kata seorang teman keluarga.
Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan telepon dari Reuters untuk meminta komentar. Siaran berita malam MRTV yang dikelola oleh Junta media menyebut para pengunjuk rasa sebagai "penjahat" tetapi tidak merinci lebih lanjut.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan hingga kini lebih dari 70 orang tewas di Myanmar dalam protes yang meluas terhadap kudeta militer.
Baca juga: Pemerintah Bayangan Myanmar Janjikan Revolusi untuk Menggulingkan Junta
Sumber: REUTERS