TEMPO.CO, Jakarta - PM Malaysia Muhyiddin Yasin dikabarkan akan menerapkan kebijakan pembatasan sosial baru terkait COVID-19 pada Senin pekan depan. Hal itu menyusul memburuknya pandemi COVID-19 di Malaysia.
Dikutip dari kantor berita Reuters, beberapa kebijakan tengah dipertimbangkan. Salah satunya adalah penerapan lockdown di berbagai bagian Malaysia. Faktor perekonomian akan ikut berpengaruh menentukan kebijakan apa yang akan diterapkan.
"Kami tengah menggodok dan menimbang berbagai kebijakan (pembatasan sosial) baru untuk memastikan hal itu bisa diterima semua orang," ujar Menteri Keamanan Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, Jumat, 8 Januari 2021.
Per berita ini ditulis, Malaysia mencatatkan 131 ribu kasus dan 537 kematian akibat COVID-19. Dalam 24 jam terakhir, jumlah kasus dan kematian bertambah 2.643 serta 16 di sana.
Pernambahan tersebut adalah tren yang terus berlanjut sejak pertengahan Desember tahun lalu. Dari yang awalnya rata-rata 1500 kasus per hari, sekarang sudah lebih dari 2000 kasus per hari. Bahkan, sempat mencapai 3000 per hari. Itulah kenapa Malaysia kemudian menimbang pembatasan sosial baru sebelum kasus kian buruk.
Menteri Pengetahuan Khairy Jamaluddin menambahkan bahwa badan regulator obat-obatan Malaysia telah mengesahkan penggunaan vaksin COVID-19 Pfizer untuk penggunaan darurat. Harapannya, hal itu akan membantu peningkatan jumlah kasus. PM Malaysia Muhyiddin Yasin akan menjadi salah satu penerima pertamanya.
Perihal kapan vaksin akan mulai digunakan, Jamaluddin mengatakan pihaknya masih menunggu sejumlah informasi tambahan dari Pfizer dan rekannya, BioNTech. Sejauh ini, Malaysia sudah membeli 12,8 juta dosis vaksin COVID-19 buatan Pfizer dan BioNTech. Angka tersebut cukup untuk vaksinasi 6,4, juta orang dan distribusi pertama dikabarkan akan berlangsung bulan depan.
"Kami masih menunggu informasi tambahan dari Pfizer, namun vaksinnya bisa digunakan di Malaysia," ujarnya.
ISTMAN MP | REUTERS