TEMPO.CO, Jakarta - Kubu Republikan dengan cepat membela Presiden Amerika Donald Trump soal percakapan meminta pejabat Georgia mengubah hasil Pilpres Amerika. Menurut sejumlah Republikan, tidak ada yang perlu dipermasalahkan dari pernyataan Donald Trump.
"Telepon Donald Trump hanyalah ekspresi rasa frustasi," ujar anggota Parlemen Amerika dari negara bagian Arizona, Paul Gosar, dikutip dari CNN, Selasa, 5 Januari 2021.
Hal senada disampaikan oleh anggota parlemen dari negara bagian Ohio, Jim Jordan. Ia beranggapan apa yang dinyatakan Donald Trump di telepon tidak ada bedanya ketika kubu Demokrat mendesak Presiden Amerika ke-45 itu dimakzulkan.
Jordan kemudian berkata bahwa besarnya sorotan kepada percakapan Donald Trump dengan pejabat Georgia soal Pilpres Amerika adalah ulah Demokrat. Demokrat, kata ia, selalu membesar-besarkan isu yang berkaitan dengan Donald Trump.
"Saya tidak memiliki kekhawatiran apapun. Kalian di media dan Demokrat saja yang selalu membesar-besarkan isu yang ada seperti ketika Donald Trump menelepon (Presiden Ukraina) Zelensky," ujar Jordan. Sebagai catatan, Donald Trump sempat hampir dimakzulkan karena dugaan menyalahgunakan wewenang untuk memaksa Zelensky menginvestigasi bisnis Hunter Biden.
Sejumlah pendukung Donald Trump menggelar aksi unjuk rasa terkait hasil Pemilu AS, di Washington, AS, 14 November 2020. Dalam askinya, para pendukung Donald Trump meneriakkan slogan Stop the Steal. REUTERS
Ditanyai apakah isu terbaru Donald Trump akan mengubah peta dukungan di Republikan, Jordan optimistis tidak akan berubah. Mayoritas Republikan di Kongres, kata ia, akan tetap memprotes hasil Pilpres Amerika. "Dukungan kami tetap besar dan akan terus berkembang," ujarnya.
Sementara itu, anggota parlemen dari Georgia, Marjorie Taylor Greene, mengarahkan kritikannya terhadap Brad Raffensperger. Menteri Negara Bagian Georgia itu adalah figur yang ditelepon Donald Trump untuk mencari cara mengubah hasil Pilpres Amerika.
"Saya rasa dia telah gagal menjalankan tugasnya di Georgia. Saya tetap berkeyakinan hasil Pilpres Amerika tidak seharusnya disertifikasi," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Donald Trump ingin Raffensperger, yang merupakan salah satu panitia pelaksanaan pemilu, untuk "mencari" suara yang dapat mengubah hasil Pilpres Amerika di Georgia. Menurut Donald Trump, setidaknya dibutuhkan 11.780 suara agar dirinya yang dinyatakan sebagai pemenang.
Jumlah tersebut satu suara lebih banyak dibanding selisih kemenangan Joe Biden atas Trump. Joe Biden menang dengan selisih suara 11.779 dari total 5 juta suara. Hasil tersebut sudah disertifikasi sebanyak dua kali di Georgia, namun Donald Trump bersikeras dirinya telah dicurangi yang berujung percakapan dengan Raffensperger.
ISTMAN MP | CNN