TEMPO.CO, Jakarta - Tiga pekan menjelang akhir masa transisi Brexit, baik Inggris maupun Uni Eropa mengakui bahwa negosiasi keduanya belum sesuai harapan. Beberapa bahkan mengklaim bahwa negosiasi sudah mentok dan No Deal Brexit hampir pasti sifatnya. Walau begitu, upaya-upaya terakhir masih dilakukan kedua pihak.
Dikutip dari kantor berita Reuters, PM Inggris Boris Johnson akan berkunjung ke kantor Uni Eropa di Brussel, Belgia hari ini. Di sana, ia akan bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von Der Leyen. Pertemuan tersebut dikabarkan akan menjadi upaya terakhir kedua pihak untuk menghindari No Deal Brexit.
"Cukup sering pertemuan empat mata berujung pada terobosan-terobosan," ujar Michael Gove, Sekretaris Kabinet Boris Johnson yang juga berurusan langsung dengan negosiasi Brexit, Selasa, 8 Desember 2020.
Dalam negosiasi antara Inggris dan Uni Eropa sejauh ini, masalah perdagangan adalah hal yang kerap menemui kebuntuan. Kedua pihak belum menemukan titik temu atau kesepakatan yang menguntungkan kedua pihak.
Inggris, sebagaimana diketahui, masih menginginkan akses ke sistem pasar tunggal Uni Eropa di mana bersifat lebih bebas. Hal itu untuk memastikan Inggris tetap bisa mengekspor ke pasar Eropa tanpa tarif yang membebani.
Eropa tidak keberatan membuka pintu pasarnya asal Inggris juga bersikap adil terhadap perdagangan dari Eropa. Selain itu, Eropa juga meminta akses ke wilayah perikanan Inggris yang dianggap sebagai salah satu yang terbaik.
Inggris, sejauh ini, dikabarkan keberatan jika wilayah perikanan mereka dibuka lebar-lebar ke nelayan Eropa. Di sisi lain, situasinya juga dilematis apabila mereka menerima No Deal Brexit karena Irlandia Utara akan menjadi bagian yang paling terdampak. Irlandia Utara berbagi perbatasan dengan Irlandia yang menjadi bagian Eropa.
Beberapa pemimpin Eropa berharap kesepakatan antara Inggris dan Uni Eropa bisa diselamatkan pekan ini. Kanselir Jerman Angela Merkel, misalnya, berkata bahwa masih ada kesempatan untuk menemukan titik temu tanpa merugikan kedua pihak.
Negosiator Uni Eropa, Michel Barnier, beranggapan beda. Menurutnya, Uni Eropa sudah saatnya bersiap-siap untuk No Deal Brexit dan bagaimana merespon dampaknya. No Deal Brexit diprediksi akan berujung pada rusuh di pasar finansial dan rantai supplai di sepanjang Eropa selama pandemi COVID-19.
Boris Johnson, dalam beberapa kesempatan sebelumnya, pun sudah pasrah apabila Brexit berakhir No Deal. Kemungkinan Inggris selanjutnya akan memakai mekanisme yang serupa dengan Australia ataupun Kanada dalam berdagang dengan atau di Eropa.
ISTMAN MP | REUTERS