TEMPO.CO, Jakarta - Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Arab Saudi meminta negara-negara anggota G20 untuk memastikan vaksin COVID-19 terdistribusi secara merata dan terjangkau. Dengan begitu, tidak ada negara-negara yang teringgal dalam upaya menekan pandemi COVID-19.
"Meski kami optimistis dengan progress pengembangan vaksin, terapi, dan alat diagnosis COVID-19, kita harus bekerja sama untuk menciptakan kesetaraan akses atas hal-hal tersebut," ujar Raja Salman dalam paparan pembukanya di pertemuan G20, Sabtu, 21 November 2020.
Raja Salman wajar khawatir. Walau beberapa perusahaan farmasi sudah mengumumkan bahwa vaksin COVID-19 garapan mereka terbuktif efektif, hal tersebut tidak menjamin distribusi akan merata. Apalagi, beberapa negara kaya sudah menggelontorkan uang banyak untuk mengamankan suplai vaksin bagi mereka.
Merespon kekhawatiran Raja Salman, Presiden Cina Xi Jinping menyatakan negaranya siap berkoordinasi untuk memastikan distribusi vaksin COVID-19 merata. Cina, sebagaimana diketahui, memiliki lima perusahaan farmasi yang tengah mengembangkan vaksin COVID-19.
"Kami berkomitmen untuk membantu negara-negara berkembang dengan membuat vaksin yang bisa diakses dengan mudah dan memiliki harga terjangkau," ujar Xi Jinping. Xi Jinping juga mengusulkan mekanisme global untuk mencatat rekam jejak COVID-19 setiap turis atau pelaku perjalanan.
Hal senada disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia mengklaim vaksin buatan Rusia, Sputnik V, sudah siap produksi dan pemerintahannya akan membantu distribusinya ke negara lain.
"Rusia juga tengah mempersiapkan vaksin kedua dan ketiganya. Mengembangkan portofolio vaksin adalah salah satu tujuan kami," ujar Vladimir Putin.
Per berita ini ditulis sudah ada dua jenis vaksin COVID-19 dengan tingkat efektivitas di atas 90 persen. Vaksin pertama berasal dari Pfizer. Digarap bersama perusahaan Jerman BioNTech SE, vaksin Pfizer terbukti 95 persen efektif tanpa efek samping berbahaya. Kabarnya, Pfizer sudah mendaftarkan diri ke badan regulator Amerika agar bisa mulai digunakan di situasi darurat.
Selain Pfizer, vaksin lainnya berasal dari Moderna. Vaksin buatan mereka terbuktif 94,5 persen efektif. Namun, itu baru data awal karena data final diperkirakan baru hadir beberapa hari lagi.
ISTMAN MP | REUTERS