TEMPO.CO, Jakarta - Usai kesepakatan damai antara Armenia dan Azerbaijan tercapai di Nagorno-Karabakh, Presiden Rusia Vladimir Putin mulai menyusun rencana-rencananya. Selain untuk menjaga stabilitas di sana, rencana-rencana tersebut juga untuk memperkuat pengaruh Rusia di Nagorno-Karabakh. Salah satu langkah yang ia ambil adalah membangun kerjasama dengan Turki dan kemudian Prancis.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Vladimir Putin mengontak Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin kemarin waktu setempat. Keduanya membahas apa saja yang harus dilakukan di Nagorno-Karabakh sekarang. Keduanya sepakat bahwa fokus sekarang perlu diarahkan ke isu kemanusiaan dulu, termasuk mengembalikan para pengungsi ke permukiman mereka.
"Situasi di kawasan tersebut, secara umum, sudah lebih stabil dan ini saatnya untuk menangani masalah-masalah kemanusiaan, termasuk memulangkan pengungsi dan memperbaiki tempat-tempat ibadah," ujar keterangan pers Pemerintah Rusia, Selasa, 17 November 2020.
Di lapangan, aktivitas pemulangan pengungsi sudah berlangsung. Dua konvoi bus membawa mereka ke Stepanakert, ibu kota dari Nagorno-Karabakh. Dalam kesepakatan damai antara Azerbaijan dan Armenia, kedua negara sepakat Stepanakert diakui sebagai wilayah Armenia. Sebagai gantinya, Azerbaijan mengambil wilayah Armenia yang berhasil mereka duduki saat perang berlangsung.
Di Stepanakert, sukarelawan sudah menanti untuk membagikan bantuan kemanusiaan. Masing-masing pengungsi mendapatkan satu kantong berisi bahan-bahan yang bisa dipakai untuk bertahan hidup. Beberapa contohnya adalah makanan kaleng, pasta, serta peralatan untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak.
Penduduk lokal berkumpul di luar ruang istirahat dalam persiapan untuk berlindung selama pertempuran memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh di kota Terter, Azerbaijan, 30 September 2020. Sebelas kematian warga sipil telah dilaporkan oleh Nagorno-Karabakh dan dua di Armenia. REUTERS/Aziz Karimov
Tidak semua pengungsi, yang mayoritas adalah warga Armenia, antusias pulang ke Nagorno-Karabakh. Mereka masih kecewa dengan kesepakatan damai yang diambil Pemerintah Armenia. Menurut mereka, kesepakatan tersebut berat sebelah, terlalu menguntungkan Azerbaijan.
Pihak yang paling dirugikan adalah pengungsi yang wilayah asalnya diambil alih Azerbaijan seperti Shusha. Alexander Simonyan, pengungsi dari Shusha, mengaku tidak bisa pulang ke rumahnya karena pendudukan oleh Azerbaijan sudah berlangsung. Sekarang, ia terpaksa menetap di rumah temannya di Stepanakert.
"Tidak ada lagi Armenia di Shusha. Shusha adalah tanah kami. Sekarang, ke mana kami bisa pergi? Saya tidak bisa tinggal di tempat lain," ujar Simonyan yang ikut bertempur dalam peperangan di Nagorno-Karabakh.
Hal senada disampaikan oleh Andranik Sarkisyan. Bersama Simonyan, ia juga bertempur mewakili Armenia di Nagorno-Karabakh. Namun, secara nasib, ia lebih beruntung. Di saat Simonyan kehilangan tempat tinggal asalnya, Sarkisyan masih bisa kembali bersama keluarganya ke Badara, salah satu bagian Nagorno-Karabakh.
Meski bisa pulang, Sarkisyan juga mengaku berat menerima kesepakatan damai yang ada. Hal itu terlalu menyakitkan baginya mengingat dirinya berjuang di garis perang. "Saya berada di garis depan ketika komandan menarik pasukan, mengatakan bahwa wilayah kami sudah diserahkan ke Azerbaijan. Kami semua menangis," ujarnya.
Sebelum terjun ke medan Perang, Simonyan adalah guru olahraga dan Sarkisyan adalah penata rambut. Keduanya belum tahu apakah akan kembali ke profesi masing-masing mengingat butuh waktu hingga kehidupan kembali normal. Total, sudah ada 725 pengungsi yang dipulangkan ke Nagorno-Karabakh bersama Simonyan dan Sarkisyan.
Bersamaan dengan berlangsung pemulangan pengungsi, Rusia mulai menempatkan alutsista di koridor yang membatasi Nagorno-Karabakh, Armenia, dan Azerbaijan. Salah satunya adalah peluncur roket. Hal itu sesuai dengan kesepakatan damai bahwa Rusia akan menjadi anjing penjaga di sana, memastikan kedua kubu tak berperang lagi.
Kurang lebih ada 2000 personil milisi perdamaian yang ditempatkan Rusia di Nagorno-Karabakh. Turki dikabarkan akan menyusul mengingat mereka adalah sekutu dari Azerbaijan. Adapun durasi penempatan milisi perdamaian diestimasikan lima tahun sejak kesepakatan damai diteken pekan lalu.
ISTMAN MP | REUTERS