TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga dari tersangka aksi terorisme di Nice, Brahim Aouissaoui, tidak percaya ia benar-benar membunuh orang. Menurut mereka, Brahim Aouissaoui tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ekstrimisme ataupun mengikuti paham radikal.
"Saudaraku adalah pria yang ramah dan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ekstrimisme. Dia menghormati semua orang walaupun berbeda-beda dan itu sudah sejak ia kecil," ujar kakak dari Brahim Aouissaoui, Yassin, dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 30 Oktober 2020.
Diberitakan sebelumnya, Brahim Aouissaoui melakukan aksinya pada Kamis kemarin di gereja Notre-Dame Basilica, Nice, Prancis. Ia disebut membunuh tiga orang dalam peristiwa tersebut yang salah satunya ia penggal kepalanya. Adapun Brahim Aouissaoui telah ditahan oleh Kepolisian setempat usai dilumpuhkan dengan tembakan pistol.
Menurut Kejaksaan Tindak Pidana Terorisme, Brahim Aouissaoui adalah pria asal Sfax, Tunisia. Ia tiba di Eropa pada 20 September lalu, masuk lewat kota Lampedusa di Italia. Adapun ia tiba di Nice pada Kamis pagi dengan menaiki kereta dan kemudian langsung bergegas menuju Notre-Dame Basilica.
Apa motif dari aksi Brahim Aouissaoui belum diketahui hingga sekarang. Melihat modus operasinya, diduga ia didorong motif yang sama pada insiden pemenggalan guru asal Paris, Samuel Paty. Samuel Paty dibunuh pada pertengahan Oktober lalu karena mengajarkan kebebasan berpendapat dengan karikatur Nabi Muhammad dari majalah satir Charlie Hebdo.
Keluarga Brahim Aouissaoui mengaku tak tahu kenapa ia pergi ke Nice. Kata mereka, tahu tahu saja Brahim Aouissaoui sudah tiba di Eropa ketika menelepon untuk mengabari kondisinya.
"Dia tidak pernah sekalipun bercerita soal rencananya meninggalkan Tunisia. Kami kaget ketika tahu-tahu ia sudah berada di Italia," ujar Yassin. Sebagai catatan, seorang pria berusia 47 tahun juga ditangkap karena diduga terlibat dalam aksi Brahim Aouissaoui.
Hal senada disampaikan oleh tetangga-tetangga Brahim Aouissaoui. Dikutip dari Reuters, mereka mengklaim Brahim Aouissaoui adalah pria yang ramah dan tidak bergabung dalam organisasi apapun sejauh yang mereka tahu.
Akibat aksi Brahim Aouissaoui, sekarang Prancis dalam posisi siaga. Mereka khawatir aksi Brahim Aouissaoui akan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa. Apalagi, Prancis dalam kondisi tegang dengan komunitas Muslim akibat ucapan Presiden Emmanuel Macron soal krisis dan Islam radikal. Oleh karenanya, tentara diterjunkan di lokasi sensitif seperti tempat ibadah dan sekolah.
ISTMAN MP | REUTERS