TEMPO.CO, Jakarta - Belum selang seminggu sejak teguran terakhir dari Twitter, Presiden Amerika Donald Trump sudah kena semprit lagi. Kali ini, Donald Trump ditegur Twitter karena klaimnya bahwa ia kebal dari COVID-19. Pernyataan tersebut, oleh Twitter, dianggap menyesatkan.
Pernyataan kebal tersebut dikeluarkan Donald Trump sehari setelah tim medisnya menyatakan ia tidak lagi menjadi subjek yang berpotensi menularkan COVID-19. Walau begitu, tim medis tidak secara gamblang menyatakan Donald Trump negatif COVID-19.
"Tweet ini telah melanggar aturan Twitter tentang menyebarkan informasi yang menyesatkan dan berpotensi berbahaya terkait COVID-19," ujar teguran Twitter yang ditautkan dengan tweet Donald Trump, Ahad, 11 Oktober 2020.
A total and complete sign off from White House Doctors yesterday. That means I can’t get it (immune), and can’t give it. Very nice to know!!!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) October 11, 2020
Dihubungi terpisah, juru bicara Twitter menyatakan bahwa pernyataan Donald Trump tersebut merupakan klaim sepihak tentang COVID-19. Dan, untuk mencegah penyebaran dan pemahaman informasi yang tidak diharapkan, interaksi atau engagement dengan tweet terkait dibatasi.
Donald Trump wajar menebar klaim bahwa dirinya kebal dari COVID-19. Empat hari tertahan di rumah sakit karena sempat positif COVID-19, ia melewatkan berbagai kampanye penting. Hal itu berpotensi mengurangi keterpilihannya menjelang Pilpres Amerika pada 3 November nanti.
Dikutip dari BBC, rival Donald Trump, Capres Demokrat Joe Biden, memimpin dengan perolehan suara 52 persen di survei nasional. Sementara itu, Donald Trump, memperoleh suara 42 persen.
Rencana Donald Trump, ia akan berkampanye di Florida dan kemudian dilanjutkan ke Pennysylvania serta Iowa. Ketiganya adalah negara bagian yang berpotensi memberikan suara besar ke Donald Trump pada Pilpres Amerika nanti.
"Saya telah melalui ujian tertinggi, standar tertinggi, dan saya dalam kondisi prima...Sepertinya saya kebal, entah apakah untuk waktu yang lama, singkat, atau mungkin selamanya. Tidak ada yang tahu," ujar Donald Trump pada Ahad kemarin
Sebagai catatan, per berita ini ditulis, Amerika memiliki 7,9 juta kasus dan 216 korban jiwa akibat COVID-19. Hal itu menjadikan Amerika sebagai episentrum COVID-19.
ISTMAN MP | REUTERS