TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Donald Trump belum berhenti membuat kontroversi sejak pulang dari RS Walter Reed karena positif COVID-19. Usai aksi lepas masker di Gedung Putih dan mendorong warga Amerika untuk tak takut keluar rumah, sekarang ia membandingkan COVID-19 dengan flu.
Hal tersebut disampaikan Donald Trump via Twitter. Ia berkata, tiap tahunnya ada ribuan orang meninggal karena flu meskipun sudah ada vaksin. Hal tersebut, kata Donald Trump, nyatanya tidak menghalangi warga Amerika untuk beraktivitas. Menurut ia, hal serupa bisa berlaku untuk COVID-19.
"Apakah kemudian kami perlu menutup negara ini? Tidak karena kita sudah belajar hidup bersamanya, sama seperti kita belajar untuk hidup bersama COVID-19 yang tidak lebih berbahaya," ujar Donald Trump via akun twitternya, Selasa, 6 Oktober 2020.
Flu season is coming up! Many people every year, sometimes over 100,000, and despite the Vaccine, die from the Flu. Are we going to close down our Country? No, we have learned to live with it, just like we are learning to live with Covid, in most populations far less lethal!!!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) October 6, 2020
Perbandingan tersebut bukan yang pertama kalinya dari Donald Trump. Ketika COVID-19 belum mewabah di Amerika, ia juga menyamakan virus tersebut dengan flu. Belakangan, seperti yang diketahui, Amerika menjadi episentrum pandemi COVID-19, menggantikan Cina.
Per berita ini ditulis, sudah ada 7,6 juta kasus COVID-19 di Amerika. Untuk korban meninggal, ada 215 ribu. Adapun dalam 24 jam terakhir, jumlah kasus bertambah 384 di Amerika.
Ketika Donald Trump menyamakan COVID-19 dengan flu, media sosial tidak tinggal diam. Dikutip dari Reuters, Twitter sudah memberi tanda peringatan pada Tweet Trump karena berpotensi menyesatkan.
Di Facebook, kabarnya postingan Donald Trump mendapat perlakuan yang lebih tegas. Menurut laporan CNN, Facebook tidak menandai postingan Donald Trump soal COVID-19 dan flu, tetapi langsung menghapusnya.
Sebagai catatan tambahan, apabila mengacu pada data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC), flu membunuh 22 ribu orang sepanjang musim influenza 2019-2020.
ISTMAN MP | REUTERS